Part #12 : Bapak harus muasin aku

Keesokan harinya,

“Hah… Capek, kayaknya gara-gara kemaren kebanyakan tidur deh… Atau gara-gara kecapekan digituin yah ?” Lirih Nayla saat berbaring diatas ranjang tidurnya.

Ia masih merasakan pegal-pegal di badannya. Ia pun teringat kejadian di hari sebelumnya setelah dirinya pulang dari liburan. Dari siang menjelang sore sampai waktu tidur tiba. Dirinya hanya tidur-tiduran di atas ranjang bukan karena ingin bermalas-malasan. Tapi karena sangat kelelahan setelah dipaksa melayani pejantan-pejantan tua selama di vila di waktu liburan.

Aneh memang, kenapa setelah berlibur dirinya malah kelelahan ? Bukannya berlibur itu untuk menghilangkan rasa lelah sekaligus untuk merefleksikan pikiran ? Entahlah, hari ini pun sama. Ia pun memutuskan untuk berbaring sejenak setelah membuatkan bekal lalu mengantar suaminya berangkat bekerja.

Seketika ia menolehkan wajahnya ke arah pintu masuk kamarnya. Saat menyadari pintu sudah tertutup rapat. Ia tersenyum lalu mengusap dadanya sejenak. Ia merasa lega, setidaknya itu membuat pembantunya tidak memiliki akses masuk menuju kamar tidurnya.

“Oh yah, udah jam berapa ini ?” Tanya Nayla sambil melihat ke arah jam dindingnya.

“Ehhh udah mau jam setengah sembilan aja ternyata… Gawat dong, aku telat minum obat !” Ucap Nayla panik.

Ia segera bangkit ke posisi duduknya. Namun, baru saja ia duduk tepi ranjangnya. Ia sudah merasakan sakit-sakit di punggungnya.

“Adduuhhh… Kok punggungku malah sakit sih ?” Keluh Nayla sambil memegangi tulang belakangnya.

“Masa encok sih ? Gak ah… Aku kan masih muda ? Pasti ini gara-gara sering dibolak-balik sama pak Urip” Ucap Nayla kesal sendiri saat teringat perlakuan pembantunya di vila kemarin.

“Duhhhh… Atau jangan-jangan gara-gara kebanyakan tiduran juga kali yah ?” Lanjutnya sambil berdiri lalu berjalan perlahan mendekati pintu keluar.

Saat pintu kamarnya sudah dibuka, ia melongokkan wajahnya untuk melihat keadaan. Ia agak heran sekaligus sedikit curiga setelah mendapati sepinya keadaan di rumahnya.

“Pak Urip kok gak keliatan yah ? Lagi pergi apa yah ? Wah alhamdulillah” Ucap Nayla mensyukuri keadaan.

Ia pun berjalan keluar dari kamarnya. Secara perlahan sambil memegangi punggungnya, ia melanjutkan perjalanannya menuju teras rumah untuk melihat keadaan.

“Eh beneran dong gak ada pak Urip ?” Kata Nayla tersenyum senang.

Wajahnya semakin tersenyum cerah saat samar-samar dirinya melihat dari kejauhan adanya sesosok pria tua berperut tambun yang pergi menjauh menaiki motornya.

“Pak Urip beneran pergi yah ? Huft alhamdulillah… Pergi aja yang jauh sekalian pak… Jangan balik lagi !” Ucap Nayla merasa lega.

Ia lalu menutup pintu depan rumahnya. Ia lalu duduk di kursi ruang tamu rumahnya. Ia melepas hijabnya sekaligus cadar yang menutupi sebagian wajahnya.

“Dah lama semenjak bisa bebas lepas hijab kayak gini ?” Ucap Nayla sambil menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengibas-ngibaskan rambut pendeknya. Ia lalu mengambil ikat rambut untuk mengikat ujung rambutnya. Tampak leher jenjangnya begitu indah. Nampak sudut dagunya dari samping seperti lebah yang sedang bergantung. Setelah rambutnya sudah terikat. Ia pun duduk sejenak sambil merenungi keadaan.

Tangan kanannya membuka toples makanan untuk mengemil makanan. Ia merasa lapar, tapi malas untuk melakukan sarapan. Setelah wafer snack yang tadi diambilnya habis. Ia mengambil wafer lain untuk melanjutkan cemilan paginya.

Alhamdulillah, aku masih merasa normal kayak gini… Aku gak sangek-sangek lagi…” Lirihnya sambil terus mengemil wafer tersebut.

“Entah kenapa aku jadi keinget momen dulu… Sewaktu aku menganggap pak Urip sebagai orang yang bisa aku percaya… Saat sebelum kejadian air lemon itu terjadi… Aku masih bisa merasakan kedamaian kayak gini… Bahkan saat pak Urip kerja di halaman rumah, aku masih bisa santai sambil mengemil wafer snack kayak gini… Sedangkan belakangan ini ?” Lirihnya sambil kembali mengemil wafer snack itu.

“Yang ada aku gelisah terus… Hidupku gak tenang… Tiap hari, aku harus berjuang untuk melawan nafsu birahiku… Jujur itu melelahkan… Aku harap aku gak kambuh lagi… Aku juga harus menjauh dari orang-orang yang pernah menyetubuhi diriku… Baik itu pak Urip ataupun pak Beni… Hah” Lirih Nayla sambil mendesah sedikit mengingat dirinya harus memaksa diri untuk menjauhi pak Beni.

“Maafin aku pak… Aku harus menjauh dari bapak… Bukan karena aku benci bapak… Tapi ini demi kebaikanku juga kebaikan bapak” Lirihnya sambil terus mengemil menikmati snack wafer itu.

Saat sedang asyik merenung sambil mengemil makanan. Ia teringat sesuatu saat tak sengaja telinganya mendengar suara tertentu.

Saayyuurr… Saayyuurrr…

Astaghfirullah… Iya juga, aku harus belanja sayur… Baru inget di kulkas gak ada bahan masakan sama sekali” Ucap Nayla yang langsung menutup toples makanannya lalu mengenakan hijab dan cadarnya lagi untuk bersiap pergi untuk berbelanja sayuran di pagi hari.

Namun baru beberapa langkah ia melewati gerbang depan. Ia dikejutkan oleh adanya suara yang memanggil namanya.

“Mbak Nayla… Hehe” Ucap seseorang yang membuat Nayla menoleh.

“Pak Beni ?” Lirih Nayla terkejut hingga membuat jantungnya berdebar kencang.

Akhirnya, ia pun bertemu salah satu dari dua orang lelaki tua yang pernah menyetubuhinya. Ia pun bingung harus berbuat apa sekarang. Ia hanya bisa diam sambil menundukkan wajahnya. Ia hanya berharap agar pak Beni tidak membahas momen saat diri mereka melakukan VCS lagi, karena itu hanya akan membuatnya malu. Ia bahkan enggan untuk mengingat lagi perbuatannya waktu itu.

“Mbak apa kabar ?” Tanya pak Beni sambil senyum-senyum sendiri.

“Baiikk” Jawab Nayla sambil menunduk.

“Waaahhh mbak makin cantik yahhh” Puji pak Beni sambil mengamati lekuk tubuh Nayla.

Jujur Nayla merasa tidak nyaman saat mata pria tua kekar itu terus memelototi tubuh indahnya. Nayla yang pagi itu mengenakan kaus santai berlengan panjang yang ia padukan dengan celana training longgar yang tidak mencetak kaki jenjangnya juga dengan hijab lebar berwarna merah serta cadar yang memiliki warna serupa jadi merasa risih dibuatnya. Ia berharap pak Beni segera mengakhiri perkataannya agar dirinya bisa cepat pergi menjauh darinya.

“Makasih” Jawab Nayla dingin.

“Hehe, waktu itu . . . “ Ucap pak Beni yang membuat Nayla deg-degan.

“Saya gak nyangka, malam itu saya bisa liat mbak telanj . . . . “ Lanjut pak Beni namun segera di potong oleh Nayla.

“Cukuppp… Jangan bahas itu lagi… Aku mau pergi” Ucap Nayla mengejutkan pak Beni. Ia langsung berbalik badan lalu berjalan pergi menjauhi pak Beni.

“Ehhh tunggu mbak… Saya . . .” Ucap pak Beni yang ingin mengobrol lebih lama lagi.

“Ada apa ? Apa ada yang perlu bapak bahas ?” Tanya Nayla berhenti sambil berdiri membelakangi pak Beni.

Pak Beni pun terdiam seolah bingung harus melakukan apa. Ia merasa sifat tetangga alimnya itu berbeda dari saat ketika mereka melakukan VCS di malam hari itu.

“Gak ada” Jawab pak Beni dengan segera.

“Kalau gitu, aku mau pergi… Permisi” Ucap Nayla langsung pergi.

Pak Beni pun diam membisu melihat sisi belakang tubuh Nayla yang kian menjauh. Ia hanya diam saja. Ia terus memandangi Nayla yang semakin menjauhi dirinya.

“Mbak Nayla kenapa yah ? Kok tatapannya keliatan kayak membenci saya ? Apa saya telah melakukan kesalahan ?” Tanya pak Beni heran.

Pak Beni pun hanya menggelengkan kepala. Ia akhirnya langsung pergi untuk bekerja sambil membawa sapu yang sedari tadi ia pegang menggunakan tangan kanannya.

Sementara itu Nayla terus berjalan mendekati warung gerobak mang Yono. Saat ia merasa sudah jauh dari tetangga tuanya, ia pun menghentikan langkah kakinya hanya untuk menoleh ke belakang. Terlihat pak Beni berjalan dengan lemas yang membuat Nayla merasa tidak enak. Ia pun terus memandangi pak Beni hingga pria tua berbadan kekar itu hilang dari pelupuk matanya.

Maafin aku yah pak… Sekali lagi maafin aku… Mungkin bapak merasa aku cuek apa gimana ?… Tapi jujur, aku gak mau kita terlalu deket lagi… Aku gak mau mengulang dosa yang sama lagi… Aku takut nafsuku membuatku terlena dan mengajak bapak untuk melakukan perzinahan lagi… Aku mau berhijrah… Aku gak mau mendekati perzinahan lagi… Mungkin aku terkesan jahat karena cuma memanfaatkan bapak untuk melampiaskan nafsu birahiku… Tapi bukan itu maksudku pak… Semoga bapak akan paham… Aku bukan wanita yang seperti itu…

Batin Nayla. Ia tahu bahwa kesempatan untuk berzina dengannya terbuka lebar saat nafsunya tiba-tiba bangkit menguasai dirinya. Mumpung sekarang ia masih bisa mengendalikan tubuhnya. Ia berusaha untuk menjauh agar nanti ketika nafsunya bangkit, ia tidak kembali mendekati pak Beni hanya untuk meminta kepuasan darinya. Ia tak mau menjadikan pak Beni tempat pelampiasan. Ia pun merinding. Ia merasa takut andai nafsunya kembali bangkit menguasai diri lagi. Ia terus berharap agar tidak dikendalikan nafsu birahinya lagi. Ia tidak mau berubah menjadi akhwat binal lagi. Ia enggan untuk merelakan harga dirinya hanya demi kepuasan sesaat saja.

Semoga mulai detik ini aku bisa… Semoga aku bisa untuk menjadi Nayla yang dulu lagi…

Batinnya lalu melanjutkan perjalanannya untuk membeli sayur di warung mang Yono.

*-*-*-*

Sementara itu pak Beni terus merenung dalam perjalanannya bekerja menuju tempat tujuan. Ia terus memikirkan sikap Nayla tadi. Ia lalu membandingkannya dengan sikap Nayla saat melakukan VCS dengannya di malam hari. Ia heran sekaligus penasaran. Apa yang membuat sikapnya berubah drastis seperti tadi ?

Padahal Nayla yang ia kenal adalah Nayla yang binal yang mengajaknya bercinta untuk memuaskan nafsu birahinya. Kenapa tiba-tiba Nayla malah bersikap seperti tadi ?

“Apa jangan-jangan ? Pak Urip yang membuatnya terpaksa untuk bersikap seperti tadi ? Ya, pasti seperti itu… Pasti Nayla dipaksa menjauhi saya gara-gara kepergok dekat dengan saya ? Kalau benar, kurang ajar sekali pak Urip ini ! Bisa-bisanya ia memaksa mbak Nayla bersikap seperti tadi !” Lirih pak Beni yang malah berpikiran seperti itu.

“Padahal kesempatan itu baru saja datang mendekati saya ! Kenapa si Urip sialan mau menjauhkan kesempatan itu dari saya !” Ucap pak Beni jadi kesal sendiri membayangkan kalau itu beneran terjadi.

“Hah, mbak Nayla… Wajahmu yang cantik memang lah tidak sebanding dengan wajah saya yang burik… Aroma tubuhmu yang wangi & seksi memang lah tidak sebanding dengan tubuh saya yang bau terasi… Meski demikian, salah kah saya yang mencintai keindahan lekuk tubuhmu itu ? Saya masih ingat betul saat-saat ketika diri mbak telanjang bulat di depan saya… Meski masih melalui hape, saya langsung terpana saat melihat lekuk indahmu yang begitu aduhai, serta bokong montokmu yang begitu semlohai, juga susu bulatmu yang begitu bohai… Ah, padahal saya berharap kita bisa bermesum-mesuman lagi mbak… Andai itu terjadi, saya pasti akan menggenjotmu semalaman… Saya jamin, saya gak akan berhenti menggenjotmu untuk memuaskan nafsu birahimu itu !” Lirih pak Beni sambil mengelus-ngelus penisnya sendiri.

“Duh kok jadi sangek yah gara-gara mikirin bodi mbak Nayla !” Ucapnya saat merasakan penisnya mulai mengeras gara-gara pikiran kotornya.

Ia pun terus berjalan sampai dirinya tiba di titik tempat dimana ia bekerja. Sambil berusaha fokus menyapu, namun pikirannya yang terlanjur keruh membuatnya membayangkan tubuh polos Nayla berikut suara desahannya yang masih terekam jelas di dalam ingatannya.

“Hah… Hah… Hah… Siaalll, jadi pengen coli lagi nih !” Batin pak Beni kesal.

Ia pun berusaha untuk menghalau pikiran kotornya disaat bekerja. Ia mencoba melihat ke sekitar tapi yang ada ia malah melihat mahasiswi seksi yang suka memakai rok mini berkeliaran di sekitarnya. Terkadang ia juga melihat mahasiswi bercadar yang membuatnya semakin teringat akan binalnya sosok Nayla.

Ia pun baru sadar bahwa dirinya berada di dekat kompleks asrama mahasiswa. Pantas saja banyak mahasiswi-mahasiswi muda yang berlalu-lalang disekitarnya. Ini sudah seperti ujian baginya. Karena sudah tak tahan, ia pun menyerah lalu matanya jelalatan melihat mahasiswi-mahasiswi bercadar yang lewat disekitarnya. Tangannya juga diam-diam mengelus-ngelus penisnya. Ia membayangkan kalau itu adalah Nayla. Ia mendesah pelan. Ia menikmati aksi mesumnya di pagi hari ini.

“Hah… Hah… Hah… Mbak Naylaa… Gara-gara mbak nih, saya jadi nafsu gini !” Batinnya saat mulai terang-terangan mengusap-ngusap penisnya sambil memandangi akhwat bercadar yang lewat disekitarnya.

“Aaahhhh… Aahhhhh… Saya pasti akan menyetubuhimu sekali lagi mbak… Pasti… Pastiii ituuu !” Desahnya dengan pelan sambil terus mengelusi penisnya sendiri.

Tapi seketika matanya bertemu dengan mata mahasiswi bercadar yang ia jadikan fantasi saat itu. Pak Beni diam mematung. Apalagi saat mahasiswi itu melaporkan perbuatannya pada pria kekar yang berdiri di sampingnya.

Pak Beni pun menundukkan wajah lalu berpura-pura menyapu lagi. Ia berusaha menjauhkan diri dari sosok akhwat bercadar yang ia jadikan fantasi tadi.

“Apa yang tadi bapak lakukan ?” Ucap seseorang sambil memegangi bahu pak Beni dari belakang.

“Anuuuu . . .” Ucap pak Beni saat berfikir sambil menolehkan wajahnya ke belakang menghadap ke arah pria kekar itu.

Belum sempat pak Beni menjelaskan, tiba-tiba laki-laki kekar itu memukul pipi pak Beni hingga membuat pria tua kekar itu tersungkur ke tanah.

Bruuukkkk !!!

Sontak pak Beni terbangun dari nafsu birahinya. Ia tidak lagi sangek. Ibaratnya seperti disiram menggunakan seember air dingin yang membuatnya tidak mengantuk lagi.

“Jaga mata bapak… Jaga juga tangan bapak… Sekali lagi bapak melakukan hal itu pada istri saya… Saya akan bawa tindakan bapak tadi ke kantor polisi !” Ucap laki-laki kekar itu sambil menunjuk muka pak Beni.

Pak Beni pun hanya terdiam sambil mengangguk. Ia sadar kalau ini merupakan kesalahannya. Ia tak bisa melawan. Ia pun pasrah sudah kepergok melecehkan istri dari pria yang menonjoknya tadi.

“Yuk sayang, kita pergi !” ucap laki-laki itu sambil menggandeng lengan akhwat bercadar yang tadi dijadikan fantasi oleh pak Beni.

“Hah sial !” Lirih pak Beni sambil memegangi pipinya sebelum ia kembali melanjutkan pekerjaannya.

Ia pun terus menatap akhwat bercadar tadi yang semakin menjauhi dirinya. Ia juga merasa iri pada pria kekar tadi. Ia pun berharap bisa seperti laki-laki tadi yang bisa menggandeng lengan akhwat bercadar yang ia jadikan fantasi tadi.

“Andai itu terjadi… Ya andai itu terjadi…” Ujarnya sambil melanjutkan pekerjaannya.

*-*-*-*

“Beli ini yah mang… Berapa ?” Tanya Nayla saat memilih sayuran yang ingin ia beli.

“Wuihhh beli terong yah non ? Gede amat !!! Buat apa hayooo !” Ujar mang Yono saat melihat terong yang dipilih oleh Nayla.

“Ya buat dimakan lah… Buat apa lagi coba !” Ketus Nayla kesal.

“Huahahah iya mbak percaya… Sama kentang juga yah ? Semuanya Sepuluh ribu aja mbak” Kata mang Yono tertawa.

“Makasih yah mang… Ini uangnya, pas kan ?” Ucap Nayla setelah mengeluarkan uang dari dompetnya.

“Iyya mbak… Lagi-lagi pas… Padahal maunya lebih, biar bisa nganterin kembalian lagi” ucap mang Yono yang tak digubris oleh Nayla.

Nayla dengan tatapan risih langsung berbalik badan. Ia ingin menjauh dari segala pemicu yang membuat nafsunya bangkit lagi. Sedangkan mang Yono pun terus memperhatikan Nayla yang kian pergi. Ia hanya tersenyum setelah menggodanya. Ia terus tersenyum sambil memperhatikan sisi punggung Nayla yang kian menjauh darinya.

“Eh ini ?” Ucap Mang Yono saat tak sengaja melihat ke arah gerobak sayurnya.

Lalu, sementara itu.

“Hah… Beli sayur udah terus sekarang waktunya masak buat entar malem ah… Eh apa sore aja yah masaknya ? Tapi sekarang mumpung lagi gak ada pak Urip… Eh tapi kalau masak sekarang ya bakal dingin kalau buat entar malem ? Aku juga gak rela kalau masakanku malah dimakan pak Urip pas siang nanti… Aahh pusing deh” lirih Nayla kesal sendiri.

“Mungkin aku harus istirahat dulu kali yah buat nenangin pikiranku… Tapi daritadi aku juga udah istirahat terus… Hah kapan kerjanya ? Serba salah deh jadinya… Semua gara-gara pak Urip !” Gerutu Nayla saat berjalan pulang menuju rumahnya.

Tak terasa, ia telah tiba di pintu masuk rumahnya. Ia membukanya lalu menutup pintunya lagi.

“Hah gerah banget deh… Gak nyangka Jakarta bakal sepanas ini… Mungkin karena belakangan tinggal di Puncak kali yah” ucapnya sambil melepas hijab kemudian cadar berwarna merahnya.

Nayla yang saat itu cuma mengenakan kaus berlengan panjang serta training longgar yang tidak mencetak kaki jenjangnya segera menuju dapur untuk menaruh bahan-bahan sayuran yang baru saja dibelinya.

“Hah, akhirnya selesai beli sayur juga” ucapnya sambil duduk di kursi di dekat meja makan rumahnya.

Nayla merasa kelelahan. Padahal yang dilakukannya sedari tadi hanyalah beristirahat lalu membeli sayur di warung mang Yono. Ia pun heran pada tubuhnya. Kenapa ia jadi mudah lelah ? Apakah karena energinya sering disedot mang Yono melalui lubang vaginanya ?

“Hah astaghfirullah, oh yah obatnya” ucap Nayla sambil menepok jidatnya.

“Hampir aja aku kelupaan… Bisa gawat kalau aku gak rutin minum obatnya” ucap Nayla buru-buru pergi ke kamarnya.

Ia segera membuka pintu almarinya. Ia lalu mengambil sebuah botol yang ia sembunyikan di dalam tas ranselnya. Ia sengaja menyembunyikannya agar tidak dicurigai suaminya karena botol itu sendiri memiliki rupa yang jarang dilihat oleh orang-orang. Ia tidak mau ditanya suaminya sedang meminum air apa. Ia juga tidak mau kalau tiba-tiba suaminya meminta minuman itu karena penasaran akan rasanya.

“Aaahhhh segarnya” Katanya setelah menenggak minuman itu sekali.

Terlihat minuman itu tinggal tersisa sedikit. Tak terasa, ia sudah beberapa hari melakukan terapi dengan air ramuan ini. Meski hasilnya belum sesuai dengan apa yang ia harapkan, ia pun terus berharap agar dirinya bisa terbebas dari siksaan nafsu birahi yang kadang suka bangkit menguasai diri.

Setelah ia menenggak botol minuman itu sekali. Ia pun mengelap sisa air itu di tepi bibirnya menggunakan lengan bajunya.

Alhamdulillah aku udah minum lagi… Harusnya aku gak kambuh lagi kan ? Daritadi aja sampe jam segini aku gak kambuh-kambuh lagi… Moga aja aku bisa berubah… Moga aja aku gak gampang sangean lagi” ucap Nayla optimis.

“Yokk bisa yokk… Kamu pasti bisa… Kamu itu bukan lonte murahan… Jadi jangan nyerah lagi yah dengan keadaan !” Ucap Nayla memotivasi dirinya.

*-*-*-*

Sementara itu, pak Beni kembali melanjutkan pekerjaannya dengan menyapu jalanan. Terlihat tangan kirinya memegangi pipinya yang masih agak sakit. Sebenarnya, itu bukan lah luka yang berarti bagi pak Beni. Itu hanya lah luka ringan baginya. Dalam beberapa waktu, mungkin luka itu tidak terasa lagi olehnya.

“Tapi kok masih sakit yah ? Kayaknya mas-mas tadi sering olahraga deh… Tonjokannya kuat banget” Ucap pak Beni sambil terus menyapu jalanan.

Tak terasa jam sudah mendekati pukul setengah 10 siang. Sinar matahari semakin tinggi. Udara semakin panas yang membuat pak Beni terpaksa membuka beberapa kancing seragamnya hingga memperlihatkan sedikit dada bidangnya.

Nampak keringat membanjiri keningnya. Padahal ia sudah mengenakan topi. Tapi tampaknya udara semakin berapi-api. Ia lalu mengibas-ngibaskan seragam kemejanya sambil melanjutkan pekerjannya.

“Pak Benii !”

Seketika ada suara yang memanggil namanya. Pak Beni menoleh. Tangan kirinya ia taruh di dekat keningnya agar pandangannya semakin jelas tak terhalang oleh silaunya sinar mentari pagi.

“Siapa yah ?” Lirih pak Beni sambil mendekat.

Samar-samar ia melihat seorang akhwat berhijab yang berdiri melambaikan tangan kepadanya. Akhwat itu mengenakan masker. Akhwat itu juga mengenakan rok panjang serta blouse longgar bermotif bintik-bintik. Akhwat itu berdiri memanggil namanya sambil memegangi buku di tangan kirinya.

“Siapa itu ? Mahasiswi sekitar sini yah, eh itu kan mbak Putri ?” Ucap pak Beni saat mulai mengenali sosoknya.

Mengetahui Putri memanggil namanya. Pria tua berbadan kekar itu langsung mendekat sambil membawa sapu serta cikrak di kedua tangannya.

Terlihat Putri tersenyum senang melihat pria tua yang dicintainya mendekat. Apalagi setelah melihat penampilannya yang semakin mendekat. Pak Beni terlihat gagah dengan beberapa kancing yang dibuka olehnya. Tubuhnya yang tegap serta cara jalannya yang jantan membuat Putri jadi semakin jatuh hati kepadanya. Putri pun semakin deg-degan dibuatnya.

“Mbak Putri yah ? Ada apa ? Kok mbak Putri ada disini sih ?” Tanya pak Beni heran.

“Loh kampus aku kan deket sini pak… Tempat kosanku juga gak jauh dari sini loh” Ucap Putri mengejutkan pak Beni.

“Loh beneran ? Oalah, saya baru tau loh” Ucap pak Beni yang membuat Putri tertawa.

“Hihihihi bapak lagi kerja yah ? Aku gak ganggu kan ?” Tanya Putri tersenyum.

“Enggak kok, oh yah ? Mbak Putri gak kuliah emangnya ?” Tanya pak Beni.

“Hari ini gak ada pelajaran kok pak… Tadi aku ke kampus Cuma buat ngumpulin tugas aja… Sebenarnya sih sekarang gak ada pelajaran” Jawab Putri sambil menatap wajah pak Beni. Pak Beni pun terlihat hanya manggut-manggut saja. Seketika Putri terpikirkan sebuah ide saat melihat wajah memelas pak Beni.

“Bapak kepanasan yah ? Kalau bapak istirahat sebentar di kosanku gimana ?” Ajak Putri yang mengejutkan pak Beni.

“Eh saya ? Ke kosan mbak ?” Tanya pak Beni tak percaya.

“Hihihih iya… Mampir yuk pak bentar… Temenin aku… Nanti aku buatin minuman deh” Ajak Putri agak sedikit memaksa.

Pak Beni yang merasa tak enak kalau harus menolak kebaikan Putri lagi akhirnya mengangguk menyetujui. Sebenarnya ia juga ingin beristirahat sebentar ditengah teriknya sinar mentari yang semakin naik.

“Tapi apa gapapa mbak ? Gak dimarahin sama temen kos mbak kalau saya kesana ?” Tanya pak Beni ragu.

“Tenang, kamar kosanku aman kok… Pemiliknya juga jarang di kosan… Emang kosan khusus mahasiswa jadi banyak juga kok temen-temen aku yang bawa temennya ke kamar” Jawab Putri santai.

“Ya tapi, saya kan bukan temen-temen kayak temen-temennya mbak… Saya cuma tukang sapu jalanan mbak… Apa nanti mbak gak dimarahi ?” Ucap Pak Beni khawatir.

“Tenang pak… Semua aman kok” Jawab Putri sambil berkedip lalu tersenyum menatap pak Beni.

Entah kenapa diberi kedipan serta senyuman seperti itu membuat hati pak Beni berdebar kencang. Meski ia agak kebingungan, ia pun akhirnya manut saja saat diminta Putri untuk datang menuju kamar kosnya.

Hihihi akhirnya sebentar lagi aku bisa berduaan dengan pak Beni… Hmmm kosan rame gak yah ? Kalau gak, moga aja aku bisa melakukannya sekarang . . .

Batin Putri sambil menatap wajah pak Beni.

Terlihat pak Beni berjalan tegak sambil menatap ke depan. Pak Beni jadi terlihat semakin gagah di mata Putri. Putri jadi senyum-senyum sendiri saat berjalan disampingnya. Ia tak merasa malu meski ada beberapa teman mahasiswanya yang menatap heran ke arahnya.

Memang cinta itu buta yah ? Tapi kalau cinta kepada pria tua ? Bukannya itu keterlaluan ? Tapi bagi Putri tidak, karena cinta itu tidak memandang segala aspek kehidupan. Apalagi kalau cuma karena rentang jarak usia.

Tak terasa mereka sudah tiba di depan pintu masuk kosan Putri. Terlihat kosan sepi sekali. Seketika Putri tersenyum sambil memandang pak Beni.

Hah… Haruskan kubalas perbuatan baik pak Beni sekarang ? Mumpung kosan sepi… Mumpung aku lagi berdua bareng pak Beni… Tapi, kok aku malah deg-degan sendiri yah… Rasanya jadi kurang siap aja kalau aku menyerahkan tubuhku sekarang…

Batinnya sambil terus memandang pak Beni.

“Hmmm mbak…” Ucap pak Beni membangunkan Putri dari lamunannya.

“Eh iya pak” Ucap Putri terkejut.

“Kosan mbak kok sepi banget yah ? Apa lagi pada kuliah semua ?” Tanya pak Beni yang terkejut saat memandang lorong kos yang begitu sepi.

“Hehe iya deh kayaknya… Masuk yuk, kebetulan kamar aku paling ujung… Deket kamar mandi disana” Ucap Putri sambil menunjuk ke arah yang ia maksud.

“Oalah disana yah ? Ada berapa orang emang yang tinggal disini ?” Tanya Pak Beni sambil mulai berjalan disebelah Putri.

“Ada sekitar enam belas sih pak termasuk aku… Tiap kamar dihuni satu orang… Kamarnya juga cukup luas, jadi aku cukup nyaman tinggal disini… Hihihi” Tawa Putri malu-malu sambil menatap pak Beni.

Lagi, senyuman Putri meluluhkan hati pak Beni. Senyumnya begitu indah yang entah kenapa membuat jantungnya semakin berdegup kencang. Namun mata pak Beni malah menatap dada Putri. Terlihat dadanya begitu menonjol dibalik blouse longgarnya. Pikiran pak Beni pun jadi kemana-mana. Nafsunya yang tadi padam sejenak kembali bangkit gara-gara memikirkan isi dari blouse yang dikenakan oleh Putri.

Itu kok makin menonjol aja yah ? Padahal jelas-jelas bajunya longgar… Gimana ukurannya yah ? Oh yah, apa jangan-jangan susu mbak Putri makin membesar ? Astaga, kok pikiranku kotor lagi yah… Bisa gawat kalau nafsu saya bangkit sekarang… Mana cuma berduaan doang sama mbak Putri lagi…

Batin pak Beni gelisah.

Setibanya mereka di kamar Putri. Pak Beni dipersilahkan masuk terlebih dahulu baru disusul oleh Putri. Terlihat kamar akhwat yang sebentar lagi mau menikah itu terlihat rapih. Sprei ranjangnya tertata rapih. Bantal dan gulingnya tertata rapih. Bahkan buku yang ditaruh berjejeran di rak juga tertata rapih. Pak Beni pun diminta untuk duduk di tepi ranjang sedangkan sapu dan cikrak yang ia bawa diminta untuk ditaruh di belakang pintu masuk kamar.

“Bapak sini dulu yah, aku mau buatin sesuatu buat bapak” Ucap Putri yang lagi-lagi tersenyum sambil menatap pria tua kekar itu.

Kali ini pak Beni benar-benar takluk pada senyuman manisnya itu. Bahkan ia juga ikut tersenyum. Matanya pun terpaku pada keindahan wajahnya. Ia manut, saat Putri mulai berbalik badan untuk menuju kulkas yang tersedia di dekat dapur kos-kosan. Mata pak Beni menatap bokong Putri yang begitu menonjol.

Asyik nih kayaknya kalau minta mbak Putri nungging di tepi ranjang ini…

Batin pak Beni kembali mesum.

Tuh kan… Gawaattt, duh kudu gimana yah buat lampiasin nafsu saya ?

Batin Pak Beni kebingungan.

Kalau saya ajak mbak Putri kira-kira mau gak yah ? Ah mana mungkin, saya gak mau kayak pak Urip… Gimana kalau nanti mbak Putri malah membenci saya ?… Gimana kalau nanti mbak Putri juga lapor ke mbak Nayla, yang ada nanti saya dibenci sama keduanya… Terus nasib kontol saya gimana ? Duhh, Kenapa makin kesini kok kontol saya makin ngaceng yah ?

Batin pak Beni sambil ngelus-ngelus penisnya sendiri.

Pikirannya yang semakin keruh serta nafsunya yang membuatnya semakin tak tahan membuatnya memberanikan diri untuk mengeluarkan penisnya dari balik celana kerjanya.

Nampak penisnya sudah berdiri tegak melalui selipan resleting celananya yang terbuka lebar. Pak Beni pun menumpukan tangan kirinya ke atas ranjang yang berada di sebelah kiri pinggangnya. Matanya pun ia pejamkan. Sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk mengocok penisnya naik turun sambil membayangkan Putri yang ada di ruangan ini sedang mengocoknya dengan penuh kelembutan.

“Aaaahhhhhh… Aaahhhhh mbaakkk… Aaahhhh mbakk Putriiii… Mmmpphhhh” desah pak Beni yang semakin hanyut dalam lautan nafsu birahi.

Ia tak peduli dirinya ada dimana saat ini. Ketika nafsu datang, ia bisa melakukan apa saja termasuk beronani di dalam kamar kos akhwat bercadar yang menjadi bahan fantasinya saat ini. Ia pun membayangkan Putri yang sudah telanjang bulat berjongkok dihadapan dirinya lalu tangannya dengan gemulai mengocokkan penisnya sambil menyentuhkan ujung gundulnya pada pipi mulusnya.

Membayangkan hal itu membuat pak Beni semakin bernafsu. Kocokannya dipercepat. Dekapannya semakin kuat dan desahannya terdengar semakin nikmat.

Tanpa ia sadari, akhwat bercadar yang tadi keluar untuk membuatkan minuman untuknya kembali memasuki kamarnya. Saat Putri membuka pintu kamarnya secara perlahan, ia dikejutkan atas apa yang dilakukan oleh tamunya di dalam kamarnya.

Astaghfirullah… Pak Beni !!!

Jerit Putri di dalam hati.

Terlihat pria tua kekar itu sedang beronani. Ia bermasturbasi sambil membuka beberapa kancingnya yang membuatnya terlihat semakin seksi. Putri pun menenggak ludahnya sekali. Ia diam terpana melihat betapa menggairahkannya pak Beni.

Ehhh titidnya pak Beni kok ? Wah pantes aja belakangan ia gak pernah jawab salam aku… Tapi gapapa, itu gak mengubah rasa cintaku padanya !

Batin Putri yang baru menyadari keimanan pak Beni.

Putri yang sebenarnya hendak menyerahkan tubuhnya pada pak Beni langsung diam-diam mendekati. Ia merasa ini adalah waktunya. Tidak ada lagi untuk hari setelahnya. Ini adalah harinya. Hari untuk membuktikan perasaan cintanya kepada pria tua berbadan kekar yang ada dihadapannya.

Sambil terus memandangi penis kekar yang sedang dikocok itu. Ia duduk di sebelah pak Beni yang membuat kehadirannya mulai disadari olehnya.

“Eeehhhh mbaakk !!! Maaf, ini bukan seperti yang mbak liaat !”

Sontak pak Beni terkejut. Terlihat wajahnya panik saat kepergok beronani di dalam kamar Putri.

“Hihihihi tenang pakkk… Aku tahu kok” Ujarnya sambil malu-malu saat mendekatkan tangannya ke arah selangkangan pria tua kekar itu.

Sambil tersenyum malu-malu, tangannya menggenggam penis pak Beni. Pak Beni langsung memejam merasakan betapa mulusnya tangan dari mahasiswi bercadar yang baru saja pulang dari kampusnya itu.

Apalagi saat tangan Putri mulai bergerak naik turun secara perlahan. Mata pak Beni langsung merem melek keenakan. Sentuhan tangannya benar-benar merangsang nafsu birahi pak Beni. Putri pun tersenyum malu-malu. Ia mulai membuka mulutnya lalu memberanikan diri menatap mata pak Beni.

“Hayooo bapak nakal yah… Bapak tadi ngapain di kamar aku ?” Tanya Putri sambil menaik turunkan tangannya pada penis pak Beni.

“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Tadi itu… Ouhhh nikmat banget mbaaakkk” Desah pak Beni yang semakin bernafsu.

“Hihihihi tadi apa ?” Tanya Putri dengan nada menggoda.

“Aaaaahhhh… Aahhhh… Tadi saya kebayang mbak… Aaahhhh mbak cantik banget… Saya jadi gak tahan lagi” Ucap pak Beni mengakui.

“Hihihihi terus kalau aku cantik kenapa bapak malah buka resleting… Terus kok ininya juga dikeluarin ? Hayooo bapak nafsu sama aku yah ?” Tanya Putri dengan vulgarnya yang membuat pak Beni semakin bergairah.

“Aaahhhhh… Aaahhhh iyyaahhh… Mbak seksi sekali… Saya udah gak kuat semenjak ngeliat mbak telanjang waktu itu” Ucap pak Beni sambil keenakan mendesah yang membuat Putri tersenyum senang.

“Hihihihi bapak nakal yah… Gara-gara bapak ngeluarin titid, aku jadi ikutan nafsu loh… Bapak harus tanggung jawab pokoknya” Ucap Putri kali ini sambil menekan-nekan ujung gundul yang masih tertutupi kulupnya itu.

“Aaahhhhh… Aaahhhh… Apa yang harus saya lakukan ? Apa yang harus saya lakukan untuk mempertanggung jawabkan semuanya ?” Tanya pak Beni sampai merinding keenakan.

“Bapak harus muasin aku… Bapak gak boleh keluar sebelum aku puas disetubuhi bapak…. Hihihihi” Bisik Putri saat mendekati telinganya yang membikin pak Beni merinding merasakan sensasinya.

“Hah… Hah… Aaahhhhh… Aahhhhhh” desah pak Beni terkejut setelah mendengar bisikan di telinganya itu.

Terlihat Putri hanya tersenyum sambil memainkan penis pejantannya. Putri juga tersenyum malu-malu. Baru pertama kali dirinya melakukan tindakan senakal ini. Ia kemudian terus mengangkat wajahnya agar pria tua yang ia cinta bisa menikmati keindahan wajahnya.

“Aaaaahhhh… Aaahhhhhh… Aaahhhhh…” Desah pak Beni sambil bangkit berdiri dihadapan Putri.

Kocokan tangan Putri terlepas. Putri pun duduk malu-malu saat pak Beni berdiri tegak dihadapannya.

Nampak tiba-tiba pak Beni memelorotkan celananya. Ia juga membuka seluruh kancing seragamnya. Matanya dengan tajam menatap keindahan tubuh Putri. Ia sedang berapi-api. Ia sudah berniat untuk melampiaskan seluruh nafsunya pada tubuh Putri.

Putri pun jadi gugup tapi juga tersenyum malu-malu menyadari pak Beni telah bersiap untuk menerkam dirinya. Tiba-tiba bahunya disentuh oleh pak Beni. Tubuhnya didorong hingga terlentang diatas ranjang tidurnya sendiri. Kedua tangannya direntangkan melebar ke kanan kiri. Tubuh pak Beni mendekat. Tubuh kekarnya sudah berada diatas tubuh Putri yang terlentang diatas ranjang tidurnya. Nampak wajah mereka berdekatan. Putri dengan malu-malu pun menatap wajah pak Beni.

“Saya akan memuasimu mbak… Bahkan ketika mbak puas, saya tidak akan keluar karena saya akan terus memuasimu selamanya” Ucap pak Beni sambil menatap mata Putri. Putri hanya tersenyum sambil menatap ketegasan matanya. Meski hidungnya dapat mencium aroma busuk dari mulut pak Beni. Ia justru semakin deg-degan menyadari pak Beni semakin bernafsu untuk menyetubuhi dirinya.

“Ayo buktikan pak… Aku juga gak sabar untuk merasakan kejantanan bapak saat memuasi aku… Hihihihi” Tawa Putri malu sendiri setelah mengucapkan kalimat tadi.

“Boleh saya lepas masker mbak ?” Ucap pak Beni sambil tersenyum.

Berbicara dengan jarak sedekat ini dimana tangannya mendekap erat kedua tangannya membuat pak Beni jadi semakin bernafsu. Ia pun berniat untuk melahap habis bibir manisnya setelah maskernya terlepas dari wajah manisnya.

“Boleh” Jawab Putri sambil menganggukkan kepalanya.

Tangan kanan pak Beni pun melepas masker yang dikenakan Putri. Nampak wajah manisnya terlihat jelas dimata kepalanya. Bibirnya yang merekah. Pipinya yang memerah. Serta keseluruhan wajahnya yang membuat pak Beni bergairah. Putri terlihat cocok dengan kacamata yang dikenakannya. Setelah tersenyum sejenak, pak Beni langsung menyosorkan bibirnya untuk menghabisi bibir yang begitu menggodanya.

“Mmmppphhhh” Desah mereka berdua saat bercumbu.

Bibir mereka melekat. Lidah mereka juga keluar untuk saling jilat. Terlihat mereka sangat bernafsu saat bercumbu untuk pertama kalinya.

Dikala bibir pak Beni menjepit bibir bagian atas Putri. Maka Putri membalas dengan menjepit bibir bagian bawah pak Beni. Bibir mereka kemudian saling dorong lalu lanjut menjadi saling sepong. Terasa cengkraman tangan mereka diperkuat saat cumbuan bibir mereka semakin nikmat.

“Mmppphhhh sudah sejak lama saya ingin mencumbumu seperti ini mbakkk… Mmppphhh nikmat sekali bibirmu ini… Mmpphhhh” desah pak Beni dengan penuh nafsu.

“Mmpphhh iyyahhh pakkk… Aku juga… Sejujurnya aku juga udah lama pengen kayak gini sama bapak… Mmppphhh” desah Putri dengan manja.

“Mmmppphhh iya kah ? Mmmpphhh kok kita sama ? Kalau gitu ayo kita lampiaskan bersama-sama” desah Pak Beni yang semakin serius untuk memuasi tubuh akhwat bercadar itu.

“Iyyahhh paakkk… Mmpphhhh” desah Putri pasrah membiarkan pria yang dicintainya bertindak sesukanya.

Pak Beni semakin bernafsu setelah mendapatkan izin untuk memuasi tubuh mahasiswi bermasker itu. Tangannya kini mulai aktif meremasi dada Putri dari luar blouse yang masih dikenakannya itu. Bibirnya jadi semakin binal. Bibirnya menghisap bibir atas Putri dengan sangat nakal.

Putri pun melenguh penuh kenikmatan merasakan remasan di dadanya yang begitu bertenaga. Remasan pria tua itu membuat darah di tubuhnya menyebar memberikan kepuasan yang diterima oleh seluruh badan. Juga dengan cumbuan yang ia terima membuatnya ingin membalas cumbuan pria tua itu.

Entah kenapa ia jadi ingin mencumbu pria tua itu. Ia melakukannya bahkan tanpa malu-malu. Ia juga terlihat bernafsu yang membuatnya tampak ahli dalam bercumbu. Padahal ini kali pertama ia berciuman dengan seseorang. Mungkin karena terlalu banyak menonton drama korea yang ada adegan cumbuannya. Ia jadi semakin ahli dalam bercumbu meski ini kali pertama ia melakukan itu.

“Mmpphhh… Mmpphhh… Mmpphhhh” desah mereka berdua dengan penuh nafsu.

Tangan pak Beni kemudian mengincar resleting yang ada di belakang punggung Putri. Ia menurunkannya. Lalu menariknya pelan-pelan melewati kepala mungilnya. Dalam sekejap Putri sudah bertelanjang dada menyisakan behanya saja.

Keseksian tubuhnya membuat pak Beni dengan penuh nafsu mencumbu perutnya itu. Lidahnya juga keluar dengan menjilati pusarnya. Jilatannya naik menuju gunung kembar yang masih tertutupi behanya. Kedua tangannya pun mendekat untuk merangsang pinggang rampingnya. Putri memejam nikmat. Desahannya semakin terdengar menggoda.

“Aaahhhh paaakk… Aaahhhhh… Aaahhhhh mmmpphhh” desah Putri dengan penuh gairah.

Pak Beni jadi semakin bersemangat. Tangannya lalu mengangkat cup bra yang menghalangi puncak dari gunung kembar itu. Saat matanya mendapati betapa pinknya puncak dari gunung kembar itu. Mulutnya langsung mendekat untuk menyusu di payudara kenyal itu.

“Mmpphhhhh… Mmpphhh sllrrpppp… Mmppphhh manis sekali susumu mbaakk… Sssllrrppp” Desah pak Beni sambil menyeruput putingnya itu.

“Aaaahhhhhh… Aaaahhhhh… Aaaahhhh bappaaakkk” desah Putri nampak pasrah saat menikmati seruputan nikmatnya.

Pak Beni yang benar-benar bernafsu mencengkram kedua payudara indah itu. Putingnya jadi semakin mencuat. Mulutnya secara bergantian menghisap pentilnya sambil terkadang lidahnya ikut menjilati dan terkadang hanya menjilati sekitar areolanya saja.

“Aaaahhhhhh… Aaaahhhhh… Aaaahhhh paakkkkk mmpphhh” desah Putri sampai terangkat.

Puas menjilati susunya, Jilatan pak Beni kembali turun menuju perut ratanya. Ia benar-benar puas tapi masih butuh sesuatu yang lebih untuk meluapkan nafsu besarnya. Ia akhirnya memelorotkan resleting roknya lalu menariknya turun melewati kedua kaki jenjangnya.

“Aaaaaaahhhhhh” desah Putri yang kini tinggal menyisakan hijab, celana dalam serta stockingnya saja. Behanya yang tadi terangkat saja sudah ditarik oleh pak Beni agar tidak menghalangi keindahan tubuh mulusnya.

“Ouuhhhhh… Ouhhhh mulusnya kulitmu ini mbakk… Pasti mbak suka banget merawat tubuh mbakk yaahhhh” desah pak Beni ngos-ngosan sambil mengelusi paha mulusnya.

“Aaaahhhh… Iyahh aku suka banget paakk… Aaahhhh geliiii… Aaaahhhhhh” desah Putri merinding merasakan usapan dari tangan kasar pria tua kekar itu.

“Waaahhh kalau gitu beruntung banget saya bisa menikmati hasil dari perawatan tubuhmu ini” Ucap pak Beni yang hendak memulai menjilati tubuhnya lagi.

“Mmppphh iyaahh paakkk… Aku sengaja merawat tubuhku untuk bapaakk… Ini semua hadiah buat bapak… Silahkan nikmati… Cuma ini yang bisa kulakukan untuk membalas kebaikan bapaak” desah Putri malu-malu saat menunjukkan hadiahnya itu.

Pak Beni langsung tersenyum senang mendengar ucapannya. Ia dengan beringas langsung memelorotkan celana dalam Putri untuk melihat betapa pinknya bibir vagina yang dimiliki olehnya.

Bibir pak Beni sampai kering saat melihat betapa indahnya tubuh Putri yang sudah bertelanjang bulat. Ia lalu menjilati bibirnya sendiri. Matanya pun men-scan dari ujung hijab sampai ujung kaki yang masih tertutupi stockingnya.

Ia merasa beruntung sudah diberi hadiah seindah ini oleh Putri. Ia akhirnya mendekat untuk menikmati hadiahnya tersebut.

“Ssslllrrrppppp” Seruput Pak Beni saat mulutnya menghisap bibir vagina Putri.

“Aaaaaaahhhhhhhh” desah Putri hingga pahanya menjepit wajah Pak Beni di selangkangannya.

Namun pak Beni tak berhenti. Sambil memegangi paha mulusnya. Lidahnya naik turun di dalam lubang vagina Putri. Bibirnya juga merapat di bibir vagina Putri. Mulutnya menghisap kuat-kuat hingga cairan cintanya tersedot keluar. Pak Beni mulai merasakan rasa asin di mulutnya. Ia juga mencium aroma amis yang justru membuatnya semakin bernafsu. Pak Beni tanpa henti menjilatinya juga menghisapi cairan cintanya.

“Aaahhhhh… Aaahhhh paaaakkkk… Aaahhhhh” desah Putri menggeliat merasakan nikmat di bibir vaginanya. Tangannya berulang kali mencengkram sprei ranjangnya. Terkadang tanpa sadar ia juga meremas susu bulatnya. Akhwat yang masih mengenakan kacamata itu mengerang. Ia benar-benar puas yang membuatnya tak menyesali pilihannya untuk menyerahkan tubuhnya pada pria tua yang sangat dicintainya.

“Mmppphhh… Sssllrrppp mmppphhh… Mmmpphhh puas banget mbakkk… Hah… Hah… Hah” desah pak Beni ngos-ngosan lalu berdiri tegak sambil mengusap tepi bibirnya saat cairan cintanya yang baru saja ia sedot nyaris menetes keluar dari sana.

“Aaaaahh… Hah… Hah… Hah” desah Putri yang juga ngos-ngosan setelah dipuasi oleh bibir pak Beni.

Hah… Hah… Hah… Capek banget… Baru disedot aja udah capek kayak gini… Apalagi nanti pas pak Beni mulai make titidnya…

Batin Putri yang tak habis thinking dengan hebatnya nafsu pak Beni saat memuasi dirinya.

“Saya mulai yah mbakk… Saya udah gak kuat lagi” Desah pak Beni sambil melepas seragamnya yang membuat tubuh kekarnya terlihat jelas dihadapan mata Putri.

Seksi bangetttt !!!

Batin Putri terpesona.

Ia tak pernah melihat pria sekekar ini sebelumnya. Dadanya yang bidang serta bahunya yang lebar ditambah dengan perutnya yang kotak-kotak. Putri hanya bisa geleng-geleng kepala. Belum lagi dengan warna kulitnya yang begitu gelap serta batang penis yang bentuknya mirip pentungan satpam itu.

Putri jadi menenggak ludah. Ia jadi semakin gugup saat akan diperawani untuk kedua kalinya, kali ini oleh pria yang sangat ia cinta.

Pinggang rampingnya sudah didekap. Matanya pun bertemu dengan mata pak Beni yang semakin berapi-api. Entah kenapa jantungnya jadi berdegup kencang. Apalagi saat bibir vaginanya merasakan adanya benda tumpul yang menyundul-menyundul bibir vaginanya.

“Siaaappp yahhh mbaaakkkk… Heennkgghhhh !!!” Desah pak Beni saat mulai menusukkan penis yang tak disunatnya ke dalam rahim hangat seorang akhwat berhijab yang sehari-harinya mengenakan cadar.

Jleeeebbbbb !

“Aaaaahhhh paaakkk” Desah Putri sampai mencengkram kembali sprei ranjangnya.

Penis itu dengan mulus masuk ke dalam lubang vagina Putri. Meski terlihat mulus, sebenarnya Putri sendiri mengalami kenikmatan yang begitu memuaskan. Tubuhnya terangkat. Gesekan nikmat yang ia rasakan untuk kedua kalinya membuatnya sampai merinding merasakan kepuasan yang tiada tanding. Putri memejam. Nafsunya menggelora. Ia sangat terangsang. Akhirnya di pagi hari ini, dirinya bisa mewujudkan impiannya dengan bercinta bersama seorang pria yang sangat ia cinta.

Pak Beni juga demikian, meski terlihat mulus-mulus saja. Namun ia sendiri merasakan jepitannya yang begitu merangsang gairah birahinya. Terasa penisnya seperti dipijit-pijit saat diapit di dalam lubang vagina Putri yang begitu sempit. Ia pun sejenak memperhatikan perbedaan warna kulitnya dengan warna kulit Putri.

Perpaduan kulit mereka sudah seperti energi yin & yang saja. Perpaduan kulit mereka juga seperti kopi yang dicampur dengan susu saja. Saat pinggulnya semakin maju. Terasa pijitan dinding vagina Putri semakin menjepit penisnya. Ia pun kembali menghentak pinggulnya. Terasa ujung kulupnya bergetar merasakan kepuasan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Bercinta dengan akhwat yang baru saja lepas perawan memang sangat nikmat. Rasanya hampir tidak ada bedanya. Putri terasa seperti seorang perawan saja dilihat dari sempitnya lubang vaginanya.

“Oouuuuhhh mbaaakkk nikmat banget memekmuuu… Gak pernah saya bercinta dengan memek sesempit ini sebelumnya” Puji pak Beni yang membuat Putri malu.

“Aaahhhh bapakkk jugaa aahhhh jangan didorong lagiil… Titit bapak gak muat paaakkk… Titid bapak kegedean” Desah Putri yang membuat Pak Beni tersenyum.

“Hennnkgghhhhh… Ini bukan titid mbak… Tapi kontol !” Ucap pak Beni yang semakin bernafsu hingga menerjang lubang sempit Putri hingga mentok mengenai dinding rahimnya.

“Aaaahhhhh paaakkkkk… Iyyahhh jangan dorong lagi paakkk… Aahhhh kontol bapakkk gede bangeettt” desah Putri tanpa malu-malu karena sudah sangat bernafsu.

Cairan cintanya semakin menggenang di dalam lubang vaginanya. Tubuh Putri juga semakin kencang. Susunya membesar yang membuatnya jadi semakin nikmat di pandang. Pak Beni pun diam sejenak sambil memperhatikan tubuh indah Putri. Pak Beni tersenyum senang. Setelah puas menikmati pemandangan berupa gunung kembar. Ia lalu menghentakkan pinggulnya maju mundur untuk menikmati kenikmatan lainnya dari tubuh mahasiswi bercadar itu.

Jleeebbbb… Jleeebbb… Jleeebbb !!!

Terdengar suara pinggul pak Beni maju mundur.

“Aaaaahhhhh… Aaahhhhh… Aaahhhh paakkk” Desah Putri keenakan.

Pak Beni mulai menggerakan pinggulnya secara teratur. Penis itu terus bergerak di dalam secara maju mundur. Terasa gesekan di dinding vaginanya begitu terasa. Terasa sensasi hangat di penisnya membuat pak Beni tertawa.

“Aaahhhhh… Aaahhhh… Nikmat banget memekmu mbaakk… Aaahhh… Saya jadi pengen terus menggenjotmu mbaaakkk !” Desah pak Beni yang sudah bertelanjang bulat.

“Aaaahhh iyaahh paakkk… Bapaakkk jugaaa aahhhhhh… Tapi pelann pelannn paakkk… Aku gak kuaatt… Aaahhhh… Aaaahhhh” Desah Putri bertahan sekuat tenaga ditengah terjangan penis pak Beni yang begitu terasa.

Sesuai dengan image fisiknya yang kekar. Kekuatan pak Beni terlampau besar dalam menghujami lubang vagina Putri. Penisnya yang juga besar dengan tega keluar masuk di dalam lubang vagina Putri. Penis itu terus menghujaminya. Penis itu terus menyodok kemaluannya. Penis itu terus menghukum vaginanya karena sudah berani membangkitkan nafsu birahinya.

Tangan pak Beni pun tak sanggup lagi kalau hanya diam mendekap pinggang rampingnya. Ditengah terjangan yang semakin kuat, tangannya mulai bergerak mengusapi kulit mulusnya. Perut rata Putri dielus. Terasa perutnya begitu mulus. Kulitnya juga begitu halus. Pak Beni pun tersenyum senang. Ia lalu melanjutkan perjalanannya dengan mengusapi buah dadanya.

“Aaahhhh… Aahhhh… Aaahhhhh… Kenyalnya susumu ini mbaakkk… Kenyaall sekaliii… Ouhhhh… Ouhhhhhh” desah pak Beni saat meremas susunya dengan begitu kuat.

“Aaahhhh sakkitt… Aahhh paakkk… Aaahhhh” desah Putri sambil memegangi tangan pak Beni yang meremasinya kuat.

“Aaahhhhh… Aahhhhh maaf mbakkk… Haahaha… Saya bernafsu… Saya terlampau nafsu” Ucap pak Beni sambil terus meremasi susu bulatnya.

Dikala tangannya mencengkram kuat maka jemarinya menekan-nekan puting susunya hingga membuat akhwat berkacamata itu memejam nikmat. Terkadang jemarinya juga mencubitnya dan terkadang jemarinya cuma menggelitiki puting susunya. Pak Beni benar-benar menikmati hadiah yang diterimanya. Ia terus memainkan susu bulat itu. Ia memainkannya dengan penuh nafsu.

“Aaahhhhhh… Aaahhhh… Aaahhhhhh… Ayo sini mbakk” Ucap pak Beni setelah memelankan genjotannya lalu mengajak Putri berdiri dihadapannya.

“Hah… Hah… Hah… Iyyah paakk” Jawab Putri patuh. Dengan lemas kakinya berdiri dihadapan pak Beni. Pinggangnya kembali didekap olehnya. Sisi bagian belakangnya juga ditahan olehnya. Lagi-lagi cumbuan maut diterima oleh akhwat berkacamata itu dari pejantan tuanya.

Mereka kembali berciuman. Bibir mereka kembali bercumbu. Bibir mereka saling hisap dengan penuh nafsu. Bibir mereka saling mendorong tanpa ampun. Liur pun menetes disela-sela bibir mereka. Terlihat betapa beringasnya mereka. Terlihat betapa nafsu telah menguasai diri mereka berdua.

“Hah… Hah… Hah” Desah pak Beni tanpa mengucapkan sepatah kata sambil menatap wajah Putri.

“Hah… Hah… Hah” Desah Putri yang juga tanpa mengucapkan sepatah kata sambil menatap wajah pak Beni.

Terlihat mereka saling senyum. Terlihat dua insan yang sama-sama sudah telanjang bulat itu tersenyum. Wajah mereka terlihat cerah. Terlihat tubuh polos mereka begitu indah.

“Ayo balik badan mbak… Saya udah gak sanggup lagi… Saya pengen nyodok memek mbak lagi” Ucap pak Beni ngos-ngosan.

“Iyyahhh paakkk… Aku juga… Hah… Hah… Hah” Jawab Putri patuh.

Dalam posisi berdiri membelakangi. Punggung Putri agak didorong sedikit hingga membuatnya menungging membelakangi pak Beni. Terlihat susu bulatnya jadi menggantung indah. Susunya seperti buah melon yang siap dipetik saja. Memang terdapat beberapa perbedaan dari susu yang dimiliki oleh akhwat yang jarang melakukan persetubuhan. Terlihat susu Putri masih kencang. Ukurannya juga bulat sempurna. Bentuknya agak berbeda dari punyanya Nayla yang agak lebih berisi akibat sering diremas-remas oleh seseorang. Memang sekilas masih terlihat indah punyanya Nayla. Pak Beni masih ingat betul bagaimana rupa dari susunya Nayla. Namun hal itu tidak akan mengurangi nafsunya untuk menyetubuhi akhwat yang sudah menungging dihadapannya.

Melihat Putri sudah menungging siap untuk disetubuhi. Pak Beni langsung mengambil posisi. Penisnya ia arahkan di depan pintu masuk vaginanya. Kedua tangannya juga sudah memegangi pinggul Putri. Saat pinggulnya ia dorongkan, terasa penis itu kembali masuk menyodok lubang vaginanya.

Jleeeebbbbb !!!

“Aaaaahhhhhhhhhh” desah mereka berdua bersamaan.

Pak Beni langsung menggempur vagina Putri tanpa ampun. Pinggulnya bergerak maju mundur dengan cepat. Pinggulnya dengan tega membombardir lubang vagina Putri tanpa pernah merasa lelah.

“Aaahhhhhh… Aaahhhhh… Aaaahhhhh” desah Putri pasrah.

Nafsunya yang kian memuncak membuatnya tak peduli dengan erangan-erangan yang dikeluarkan oleh Putri. Ia malah jadi semakin bernafsu. Ia pun menusuk-nusukkan penisnya dengan beringas. Ia menyodok vagina Putri dengan sangat ganas. Tangannya juga menampar-nampar bokong Putri karena gemas. Terlihat bokong Putri memerah. Terdengar erangannya jadi semakin bergairah.

Plaaakkk… Plaaakkk… Plaaakkk !!

“Aaahhhhh… Aaahhhh paakkk… Aaaahhhh” desah Putri kewalahan.

Ia pun nyaris ambruk, untungnya tangannya masih bisa bertumpu pada tepi ranjang tidurnya. Terlihat susunya bergondal-gandul dengan indah. Susunya bergerak maju mundur setelah disetubuhi tukang sapu itu dengan penuh gairah.

“Ayoooo berdiriii !!!” desah pak Beni sambil menarik kedua tangan Putri ke belakang.

“Aaaahhhhhhhhh”

Tubuh Putri jadi terangkat naik. Dadanya jadi membusung ke depan. Setiap kali pak Beni melakukan sodokan maka semakin indahlah goyangan di kedua payudaranya. Putri terlihat pasrah. Matanya memejam membiarkan vaginanya diobrak-abrik secara suka rela. Memang rasanya amat sangat nikmat. Ia tak menduga kalau bercinta bisa langsung seenak ini. Perlakuan pak Beni dan pak Urip memang berbeda. Bersama pak Beni, dirinya bisa mendapatkan kepuasan yang tidak terkira.

“Aaahhhhh… Aaahhhhh… Aahhhhh rasakannn kontoolll sayaa ini mbaakkk… Rasakaannn iniii… Rasakaannn iniii !” Desah pak Beni semakin bernafsu saat menyodok-nyodok vaginanya.

“Aaahhhh iyaaahhhhh… iyaahhhh… Yanggg keraasss… Lebiihhh keraasss ouhhhhhhh” desah Putri yang semakin menikmati persetubuhannya.

“Aaahhh iyaaahhh…. Iyaahhh mbaaakkk… Terimaaa iniii… Terimaa kontol saya iniii… Akan saya buat memek mbak becek… Akan saya buat mbak puas dengan kuatnya sodokan saya” Ucap pak Beni memperkuat sodokannya.

“Aaahhhh iyaahh paakkk… Aahhhh keras bangeett… Kuat banget sodokan bapaakkk… Aaahhhh… Aaahhhhh” Jerit Putri semakin pasrah.

Ditengah sodokan yang semakin kuat, kedua tangan Putri tiba-tiba dilepas oleh pak Beni hingga membuat akhwat berkacamata itu ambruk ke ranjang tidurnya. Putri pun jatuh tersungkur diatas ranjang tidurnya. Kelamin mereka yang tadi bersatu jadi terlepas. Terlihat Putri tak berdaya diatas ranjang tidurnya.

“Hah… Hah… Hah” desah Putri ngos-ngosan.

“Ayo kita akhiri sekarang mbak” Ucap pak Beni yang tiba-tiba menaiki tubuh Putri lalu merapatkan kedua kakinya. Nampak lubang vagina Putri semakin menyempit. Pak Beni pun naik lalu memasukan penis tak disunatnya lagi. Saat penis itu masuk menembus liang senggama Putri. Terasa tusukannya begitu terasa yang membuat Putri sampai harus menggigit bantal yang berada di dekatnya.

“Mmpphhhh paakkkkkkk” Jerit Putri dengan keras.

Pak Beni yang sebenarnya sudah tak kuat lagi langsung jatuh menindihi Putri. Dada bidangnya menempel pada punggung mulusnya. Kedua tangannya kembali mendekap jemari Putri lalu merentangkannya ke kanan juga ke kiri.

Pinggulnya mulai kembali bergerak. Pinggulnya bergerak secara naik turun untuk menggempur rahim dari bidadari berkacamata itu.

“Aaahhhhh… Aaahhhhh… Nikmatnyaaa… Nikmatnyaaa memek akhwat bercadar sepertimu mbaaakkk” desah Pak Beni sambil menyodok rahim Putri.

“Aaahhhhh… Aaahhhh iyaahhh paakkk… Kontol bapak juga enaaakk… Terus setubuhi aku paakkk… Terusss puasi tubuhku” Ucap Putri tanpa malu-malu lagi akibat terlalu bernafsu.

“Aaahhhh… Aahhhhh… Pasti mbaakkk… Pasti… Akan saya pejuhi rahimmu agar mbak bisa hamil dari sodokan saya iniii” Ucap pak Beni penuh nafsu yang membuat Putri semakin bergairah.

“Aaahhhh iyaahhh… Iyaahhh… Kalau aku hamil apa bapak mau bertanggung jawab ?” Iseng Putri bertanya.

“Aaahhh pastiii mbaakkk… Saya akan bertanggung jawab… Saya akan menikahimu agar saya bisa menggenjotmu lagi dan lagi… Akan Saya ubah dirimu menjadi mesin pembuat anak nanti” Ucap pak Beni dengan penuh nafsu.

“Aaahhhhh… Kalau gitu hamili aku paakkk… Aku siappp… Aku pasrah agar aku bisa nikah dengan bapak” Ucap Putri yang sudah dibutakan oleh nafsu dan cintanya. Ia tak memperdulikan masa depannya. Yang ada dipikirannya hanyalah kepuasan dan hidup bersama pria yang dicintainya. Ia pun rela melakukan apa saja termasuk berubah menjadi mesin pembuat anak seperti yang sudah pak Beni ucapkan sebelumnya.

“Kalau gitu terima ini… Terima lagiii… Heenkgghhh… Hennkgghhh !!” Desah pak Beni menyodokkan penisnya lebih kuat lagi.

“Aaahhhh… Aahhhh… Iyaahhhhhh” Desah Putri semakin pasrah.

Hampir lima menit mereka bersetubuh dalam posisi itu membuat diri mereka tak sanggup untuk menahan diri lagi. Nafsu mereka sudah memuncak membuat rahim mereka sudah siap untuk menembak. Penis pak Beni mulai berdenyut pelan setelah dijepit berulang kali oleh lubang vagina Putri. Rahim Putri juga mulai berdenyut setelah disodok berulang kali oleh ujung kulup penis pak Beni.

Tubuh mereka semakin bergairah yang membuat tubuh mereka jadi semakin indah. Tubuh Putri mengencang dengan susu bulatnya yang semakin membesar dan kenyal. Tubuh pak Beni juga semakin kencang yang membuat penisnya semakin keras dan kuat dalam menghujami rahimnya.

Pak Beni lalu memiringkan tubuhnya sambil menarik tubuh betinanya. Putri pun disetubuhi dalam posisi miring ke samping. Tangan kanannya tertindihi tubuhnya. Tangan kirinya tergeletak begitu saja diatas perutnya. Nampak tangan pak Beni menyelinap masuk ke depan untuk mengelusi payudara bulatnya. Pak Beni terus menggempur. Penisnya dengan kencang bergerak secara maju mundur.

“Aaahhhhh… Aaahhhhh… Saya gak kuat lagiii… Saya akan keluar sebentar lagiiii” Desah pak Beni tak tahan lagi.

“Aaahhhhhh aku jugaa paakkk… Aku mau pipiss… Rasanyaaa aku mau pipis paaakkk” Desah Putri merem melek keenakan.

Terlihat pinggul pak Beni semakin beringas. Sodokannya semakin ganas. Ditengah deru nafasnya yang terengah-engah. Remasan tangannya semakin kuat. Susu Putri teremas dengan begitu nikmat.

Semua rangsangan itu membuat diri mereka semakin tak sanggup lagi. Tubuh mereka pun menegang. Nafas mereka semakin berat. Terasa cairan cinta mereka mulai mendekati lubang kencing masing-masing.

Pak Beni terus menggempur. Putri pasrah digempur. Dengan satu sodokan yang kuat membuat cairan cinta mereka keluar menyembur.

Ccrrrooottt… Crroott… Ccrroottt… !!!!”

“Aaaahhhhhh keellluuaaarrrr !!!” Desah mereka berdua secara bersamaan.

Tangan kiri pak Beni mencengkram susu Putri dengan sangat kuat. Bibirnya dengan ganas mencumbu tengkuk lehernya hingga menyisakan noda memerah disana. Pinggulnya pun terus menyodok maju. Meski sudah mentok, pinggulnya masih ia dorong-dorong hingga dinding rahim Putri tersodok oleh ujung kulup penis itu.

Mata mereka sama-sama merem melek keenakan. Nafas mereka sama-sama berat setelah olahraga ranjang secara bersama-sama. Nafsu mereka akhirnya terlampiaskan. Rasanya sungguh puas. Mereka berdua akhirnya bisa sama-sama menuntaskan rasa penasaran mereka.

“Aaahhhhhhh… Aaahhhhh nikmat sekali… Hah… Hah” desah pak Beni setelah puas menyetubuhi.

“Hah… Hah… Hah” desah Putri tak berkata-kata.

Akhirnyaaa… Akhirnyya selesai jugaa… Hebat banget pak Beni bisa bertahan selama iniii… Duhhh nanti kalau aku hamil beneran gimana ? Moga aja gak dulu lah yah… Aku mesti kuliah… Aku juga mesti menikah agar orang tuaku tidak kecewa padaku karena hamil diluar pernikahan… Apa kata mereka kalau aku sampai hamil duluan ? Moga aja gak hamil lah yah sekarang…

Batin Putri yang sebenarnya was-was dengan sperma pak Beni yang ada di rahimnya.

Setelah birahi mereka terlampiaskan. Pak Beni pun menarik lepas penisnya hingga lelehan sperma yang baru dibuangnya mengalir deras melalui lubang vagina Putri. Spermanya sangat banyak. Sperma itu pun jatuh membasahi sprei ranjang kosan Putri.

“Hah… Hah… Mbak gapapa ? Beneran mbak gapapa kalau nanti mbak hamil ?” Tanya Pak Beni was-was dengan nasib akhwat bercadar itu.

“Hah… Hah… Gapapa pak… Gak usah dipikirin… Makasih yah, udah memuasiku” Ucap Putri sambil tersenyum.

“Justru saya yang harusnya berterima kasih… Gak sepantasnya pejuh saya ada di dalam rahim akhwat secantik mbak” Ucap pak Beni merendah.

“Hihihih pantas kok… Bapak hebat… Sudah sepantasnya bapak yang jago memuasi menanam benih bapak di rahim aku” Ucap Putri malu-malu.

“Hah… Hah… Hah… Sekarang apa ? Mbak mau istirahat kah ?” Tanya Pak Beni sambil memberani kan diri memeluk Putri.

Putri hanya geleng-geleng kepala. Ia malah bangkit ke posisi duduk lalu melepas hijabnya juga ikatan rambutnya. Pak Beni pun terkejut hingga berbaring dalam posisi terlentang menatap Putri.

“Bapak masih ada waktu kan ?” Tanya Putri kembali berbaring sambil mengusap dada bidang pak Beni.

“Hah… Hah… Ada kok mbak, kenapa ?” tanya pak Beni tersenyum sambil memandang mata Putri.

“Tolonggg ajariii akuuu” Ucap Putri malu-malu sambil mendekap ujung kulup dari penis pria tua itu.

“Ajari ?” Tanya pak Beni kebingungan.

“Heeem” Jawab Putri mengangguk malu-malu.

“Aaahhhh… Ajari apa mbak ?” Tanya pak Beni mulai mendesah saat tangan Putri dengan nakalnya mulai mengelusi penis yang baru memuntahkan spermanya itu.

“Ajari aku, bagaimana caranya tuk memuasi bapak… Hihihihi” Ucap Putri sambil memejam lalu memajukan wajahnya tuk mencumbu pak Beni.

Pak Beni pun ikut memejam lalu memajukan bibirnya tuk menerima cumbuan Putri. Mereka saling cumbu sejenak. Bibir mereka bersentuhan. Bibir mereka juga saling apit sebelum mereka menyudahinya.

“Kalau gitu ayo naiki saya” Ucap pak Beni yang membuat Putri tersenyum malu-malu.

“Begini ? Mmpphh” desah Putri saat mulai menunggangi penis pak Beni.

Pak Beni tidak langsung berbicara. Tapi ia menatap sejenak keindahan tubuh Putri yang kali ini sudah tidak tertutupi apa-apa. Hanya kacamata serta stocking saja yang melekat pada tubuh indahnya. Susu bulatnya terlihat. Rambut panjangnya yang tergerai indah juga terlihat. Pak Beni perlahan mulai kembali bernafsu. Penisnya yang tadi melemas mulai kembali mengeras setelah dijepit oleh rahim bidadari yang tersesat itu.

“Yaahhhh seperti itu… Ayo gerak mbak… Ayo naikan tubuh mbak… Anggap saja mbak sedang menunggangi banteng liar yaitu saya” Ucap pak Beni yang membuat Putri malu-malu sendiri.

Putri pun mulai beraksi. Ia menaik turunkan tubuhnya. Terasa dinding vaginanya tergesek oleh penis yang mulai mengeras itu. Payudaranya bergondal-gandul. Putri yang sudah lepas hijab dan masker itu menatap mata pak Beni dengan penuh cinta.

“Aaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhh bapaaakkk” desah Putri tersenyum senang.

Mereka pun langsung memulai ronde kedua mereka tanpa mengistirhatkan tubuhnya terlebih dahulu.

*-*-*-*

Setengah jam telah berlalu semenjak diri Nayla meminum obat ramuannya. Dengan menggunakan pakaian yang masih sama seperti apa yang tadi ia kenakan saat membeli sayur di warung mang Yono, Nayla melanjutkan aktifitasnya dengan memasak untuk persiapan makan siangnya. Ia berencana ingin membuat menu makan siang yang sederhana. Lagipula tidak ada orang lain di rumah ini selain dirinya sendiri. Pak Urip ? Untuk apa menyiapkan makanan tuk pria bejat sepertinya ? Itu yang ada di benak Nayla sekarang. Ia pun terus memotong satu buah kentang yang baru dibelinya dalam posisi memanjang.

“Hah, kira-kira segini kebanyakan gak yah ?” Tanya Nayla setelah memotong setengah dari kentang tersebut.

“Hmm coba ah aku cek resepnya lagi… Loh catetannya dimana yah ? Ah iya, kan ada di dompet ! Loh dompetku juga dimana yah ? Apa mungkin ketinggalan di kamar ? Mau ke kamar nanggung, yaudah ah dikira-kira aja” kata Nayla yang lalu menyimpan sisa potongan kentang itu ke dalam kulkas.

Nayla yang saat itu berencana untuk memasak french fries mulai membumbui potongan kentang itu dengan bumbu yang ia ketahui. Ia mengingat-ngingat resep yang pernah ia baca. Lalu ia memanaskan minyak lalu menggorengnya hingga berwarna coklat keemasan.

“Akhirnya, jadi juga” ucap Nayla tersenyum senang.

Setelah meniriskan kentang yang ia goreng ke atas piring, tiba-tiba sesuatu yang tak asing kembali ia alami.

Eh, lagi ?

Batinnya saat payudaranya agak terasa gatal yang membuatnya ingin meremas sesaat.

Tahann Nayyy… Jangan diladenin… Biarin aja, nanti juga hilang sendiri kok !

Batinnya mencoba bertahan.

Tapi sialnya rasa gatal itu malah makin menjadi. Tangan Nayla jadi tak sanggup untuk menahan diri. Tangan kanannya meremas dada sebelah kiri. Baru sekali ia meremasnya, ia sudah merasakan kenikmatan yang amat sangat. Mata Nayla sampai memejam. Ia tak sanggup membukanya akibat terlalu menikmati remasannya.

“Mmmppphhhh ini gawaatt… Kenapa mulai kerasa lagi ?” Lirihnya saat berdiri diam di dekat kompor di dapurnya.

Jemari kanannya pun menggelitiki putingnya dari luar kaus yang ia kenakan. Rasanya nikmat. Jemarinya kembali meremasnya. Mulutnya sampai membuka penuh kepuasan. Tangan kirinya sampai ikut-ikutan. Kedua tangannya jadi meremas kedua payudara bulatnya secara bersamaan.

Saking nikmatnya, tubuhnya berjalan mundur sendiri hingga sampai di pintu kulkas di area dapur rumahnya. Sambil bersandar pada pintu kulkas itu, ia meremasi kedua susunya dengan penuh nafsu. Ia juga menggoyangkan susunya naik turun. Ia kembali meremasnya lalu menekan-nekan putingnya sendiri. Wajahnya terlihat menggairahkan. Ia benar-benar binal saat tak kuasa menahan rasa gatal pada tubuh indahnya.

“Aaahhhh nikmat bangeett… Aaaahhhh kenapa lagi sih ini ! Ouhhhhh enak bangett rasanyaaa… Mmpphhhh” desah Nayla saat meremasi kedua susunya sendiri.

Kenikmatan itu mulai menjalar keseluruh tubuhnya. Tidak hanya di payudaranya saja, tapi juga mulai menjalar ke arah vagina sempitnya.

“Ouuhhhh memekku… Mmpphhh gatelll bangeettt” Desah Nayla saat menurunkan tangan kanannya untuk menekan-nekan vaginanya dari luar celananya.

Nayla pun melangkah maju. Matanya merem melek menahan kenikmatan yang ia dapatkan. Saat vaginanya semakin terasa gatal, ia menjerit keras yang dibalas dengan tekanan jemarinya ke arah bibir vaginanya.

“Aaaaaaaahhhhhhhh” desah Nayla sampai nyaris terjatuh.

Untungnya tangan satunya sigap dengan bertumpu pada tepi meja makan dihadapannya. Ia pun menunduk lalu tangan kanannya jadi semakin kuat dalam menekan-nekan bibir vaginanya.

“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhh” desahnya hingga pinggulnya bergoyang menahan kenikmatan yang ia rasakan.

Nafsu yang semakin membara membuat tubuhnya mengencang. Kedua susu bulatnya juga membesar. Nampak susunya menonjol dari balik kaus yang ia kenakan. Vaginanya juga semakin basah. Jemarinya jadi semakin bergairah untuk menekan-nekan kemaluannya dari luar celananya.

“Aaaahhhhhh kenapa inii ? Mmpphhh kenapa tubuhku begini lagi ?” Lirihnya sambil terus meremasi dadanya juga menekan vaginanya dari luar celana yang ia kenakan.

Tiap kali susunya teremas, kenikmatan yang ia rasakan semakin dahsyat. Tiap kali vaginanya ditekan, tubuhnya sampai merinding saat merasakan adanya setruman kecil yang merangsang vaginanya. Nafasnya pun kian memberat. Ia yang sebelumnya baik-baik saja tiba-tiba menjadi ngos-ngosan seperti baru saja melakukan olahraga pagi.

“Mmppphhhh tolloonggg ! Ada apa dengan diriku ini !!!” Lirihnya sambil duduk di kursi dekat meja makan lalu mengangkangkan kakinya lebar-lebar.

Matanya memejam sambil duduk menyandar pada sandaran kursi dibelakangnya. Tangan kirinya meremas payudara bulatnya yang semakin kenyal. Tangan kanannya bahkan sampai masuk ke dalam celananya lalu menekan biji klitoris yang membuatnya kejang-kejang penuh kenikmatan.

“Aaaahhhhhhh… Aaaahhhhhh enakk bangett… Aaahhhhh” desah Nayla semakin mendesah.

Ia yang tak kuat lagi mulai mengangkat naik kaus berlengan panjangnya. Kedua susunya mulai terlihat meski terhalangi behanya. Ia lalu melepas behanya yang membuat susunya terlihat dengan begitu jelas. Jemarinya jadi kian bebas untuk memainkan payudara bulatnya.

Terlihat Nayla menggelitiki puting sebelah kirinya. Lalu menekannya. Lalu menariknya. Lalu mencubitnya hingga dirinya kembali menjerit merasakan kenikmatan saat dicubit.

Nayla juga mulai melepas kausnya karena tidak tahan lagi. Ia sudah bertelanjang dada. Dari atas ke bawah, ia tak tertutupi oleh apa-apa. Akhwat yang sehari-harinya terbiasa mengenakan hijab beserta cadar itu kini sedang bertelanjang dada memamerkan susu kenyalnya juga rambut pendek sebahunya. Matanya memejam nikmat saat kedua tangannya meremasi kedua susunya dengan kuat.

“Aaaahhhhh… Aaahhhh tolloonggg… Tolongg akuuu… Aaaahhhh” desah Nayla yang merasa tak kuat lagi.

Ia akhirnya melepaskan satu-satunya pertahanan terakhirnya yakni celana trainingnya berikut celana dalamnya. Nayla akhirnya bertelanjang bulat. Ia tak mengenakan apa-apa lagi. Tak ada satupun kain yang menutupi keindahan tubuhnya saat ini.

“Aaaahhh nikmat sekalliii… Aahhhhhh aku gak kuat laggiii… Aku butuh sesuatu untuk melampiaskan nafsuku… Apa itu ? Apa yang aku butuhkan untuk memuaskan nafsuku ?” Ucapnya semakin gelisah.

“Oh yah, terong yang baru aku beli !” Ucap Nayla saat teringat terong yang baru saja ia beli dari mang Yono.

Ia dengan telanjang bulat berjalan menuju kulkasnya. Ia lalu berjalan menuju sofa ruang tamu sambil membawa terong itu menggunakan tangan kanannya. Sesampainya ia disana, ia langsung mendudukkan tubuh polosnya lalu melebarkan kakinya lebar-lebar.

“Aaahhhhhhh” desah Nayla saat terong yang baru saja keluar dari kulkas itu disentuhkan ke bibir vaginanya.

Ia lalu mendorong terong itu ke dalam. Terong itu kian membelah bibir vaginanya hingga semakin masuk ke dalam. Terasa sensasi dingin disana. Nayla pun mendesah. Ia menikmati masturbasinya menggunakan terong yang baru saja dibelinya.

“Aaahhhhh nikmat bangeett… Mmppphhh yaahhh… Mmppphhh” desah Nayla yang langsung mulai menggerakan terong itu keluar masuk secara perlahan.

Sensasi dingin dari terong yang keluar masuk di dalam vaginanya itu membuatnya seperti sedang ditusuk menggunakan kontol yang memiliki rasa mentol. Ada sensasi semriwing di dinding vaginanya yang membuatnya tak bisa berhenti untuk menggerakkan terong tersebut. Akibatnya ia mulai mempercepat gerakan terong itu. Gerakannya semakin cepat yang membuatnya jadi semakin terasa nikmat. Ia pun tak sanggup untuk menahan diri lagi. Ia pun memutuskan untuk melampiaskan semuanya mumpung tidak ada orang lain di dalam rumahnya.

“Aaaahhhhhh… Aaaahhhhhh… Aaahhhhhh” desah Nayla sepuas-puasnya.

Dikala tangan kanannya menggerakkan terong di dalam vaginanya maka tangan kirinya memainkan payudaranya dengan meremas-remasnya juga memelintir putingnya. Kedua kakinya jadi semakin mengangkang. Desahannya jadi semakin lantang.

“Aaahhhhh… Aaahhhh paakkk… Aaahhhh pakk Beniiii” desah Nayla yang justru memejam membayangkan pak Beni.

Sosok kekar yang selalu menjadi tempat pelampiasan nafsunya itu kembali hadir di dalam benaknya. Meski tadi ia mencoba menjauh darinya tapi ia kini sadar bahwa dirinya sangat membutuhkan sosoknya. Ia pun rindu akan belaian tangannya pada tubuh indahnya. Ia rindu akan sodokan penuh kenikmatan dari penis kekarnya. Ia juga rindu akan ucapannya yang berjanji akan menyetubuhinya secara terus menerus tanpa henti.

“Aaaahhhhh sodok memek aku paaak… Aahhh yahh seperti itu… Aahhhhh lebih kuat lagii… Ayoo sodok aku yang kerasss paaakkk” desah Nayla yang semakin binal ketika dikendalikan oleh hawa nafsunya.

Gerakan terongnya pun jadi semakin cepat. Terdengar bunyi cipratan air dari dalam vaginanya.

“Aaaahhhh… Aaahhh paakkk… Mmpphhhh paaakk Benii lagii apa yaahhh ??? Aku VC ahhhh !!” Desah Nayla yang saking sangeknya hingga ingin mengajak pak Beni melakukan video call lagi. Padahal dirinya sedang telanjang bulat. Padahal ada terong yang sedang nyungslep di dalam vaginanya. Tapi ia tetap nekat melakukan panggilan video dengan tetangga kekarnya. Ia mengambil hape yang tergeletak di meja ruang tamunya. Ia sudah memencet tombol video call. Suara mendengung pun keluar dari dalam telponnya.

Tuuttt…. Tuuuttt…. Tuutttt !!!

“Ayo angkaat paakk… Angkaaat…. Mmppphhhh” Ucap Nayla sambil terus menggesek-gesek dinding vaginanya menggunakan terongnya.

“Cepeettt paakkk angkaat… Aku butuh kontol bapaakkk… Aku butuh kata-kata kotor dari bapaakkk” Desah Nayla yang sudah sangat terangsang.

Sambil menunggu, ia kembali menaruh hapenya di meja ruang tamu. Ia kembali menyodok vaginanya juga meremasi payudaranya. Posisinya yang duduk menghadap ke pintu masuk membuatnya jadi terbayang sesuatu.

Gimana kalau tiba-tiba pak Urip muncul dari balik pintu terus mendapatiku lagi kayak gini ? Aku pasti akan diperkosa habis-habisan… Aku pasti bakal dihukum dengan kenikmatan yang begitu memuaskan… Aaahhhh kenapa aku malah pengen diperkosa pak Urip lagi sihhh ? Duhhhh gawaatt bangettt… Otakku makin kotor gara-gara nafsuku ini ! Cepaaat siapa saja tolong puasi akuuu !! Tolongg hilangkan nafsu ini dari tubuhkuuu !!!

Batin Nayla yang sudah tak peduli lagi asal bisa mendapatkan tempat pelampiasan untuk memuaskan nafsu birahinya.

Mmpphhh pakkk Beni mana sih ? Sesibuk apa sih dia sampai gak menjawab panggilanku ? Bukannya ia sudah berjanji akan menjadi pemuas nafsuku ?

Batin Nayla kesal saat pak Beni tidak menjawab panggilannya.

*-*-*-*​

BEBERAPA SAAT SEBELUMNYA

“Aaaaahhhh paakkk… Aahhhh terusss… Teruss yang keraas paakkk… Aaahhhh” Desah Putri yang terkapar tak berdaya diatas ranjang tidurnya.

“Aaahhhh iyaahh mbak Putt… Aaahhh nikmat sekaliii… Terima ini… Terima sodokan saya iniii !” Desah pak Beni yang sedang asyik menggempur tubuh mahasiswi berkacamata itu.

Seketika dering hapenya berbunyi. Pak Beni pun menoleh sejenak lalu kembali menatap Putri. Posisi hapenya yang sedang telungkup membuatnya tak mengetahui siapa nomor yang sedang menghubunginya saat itu. Ia membiarkan teleponnya terus berbunyi. Ia lebih memilih fokus memuasi Putri. Kapan lagi dirinya bisa mendapatkan kesempatan seperti ini ?

“Aaaahhhh… Aaahhhh… Itu hapenya paakk… Mmpphhh bunyiii” desah Putri sambil menatap pak Beni.

“Aaahhh…. Aaahhhh biarkan saja mbaakkk… Memuasimu adalah tugas utama saya” Desah pak Beni membalas tatapan Putri.

Putri pun tersenyum. Pak Beni juga. Tanpa memperdulikan suara dering telepon yang terus berbunyi. Mereka terus bercinta, bahkan mereka juga berciuman agar diri mereka bisa fokus pada persetubuhan yang sedang mereka lakukan.

“Mmppphhhh… Mmpphhhhhh” desah mereka berdua secara bersamaan.

*-*-*-*

“Ihhh pak Beni mana sihhh… Lagi dibutuhin malah gak ada… Mmpphh… Mmpphhh” Ucap Nayla kesal yang kemudian melampiaskannya pada lubang vaginanya.

Meski Nayla gagal menghubungi pak Beni untuk meminta kepuasan. Ia tak berhenti dalam mengocok vaginanya untuk mencari kenikmatan. Bahkan kocokannya malah semakin menjadi. Kocokannya dipercepat. Bahkan ia sengaja mendorong terongnya lebih dalem lagi hingga keseluruhan terong itu nyaris terlahap di dalam vaginanya. Dikala ujung terong itu menyundul dinding rahimnya. Mulutnya langsung membuka lebar. Matanya terbuka sejenak sebelum kembali menutup untuk menikmati rangsangannya. Nayla sudah benar-benar binal sekarang. Penampilannya jauh berbeda dengan janjinya yang ingin berhijrah menjadi Nayla yang dulu lagi.

“Aaaaahhhhhhh… Aaahhhhh… Aaahhhhh” Desah Nayla sambil mengangkat kedua kakinya ke sofa yang ia duduki saat ini.

Diam-diam ketika sedang asyik-asyiknya bermasturbasi sambil memejam. Terdapat seseorang yang mengintip dari sela-sela pintu masuk yang rupanya tidak tertutup rapat. Sesosok itu pun terkejut melihat binalnya sesosok wanita telanjang yang sedang bermasturbasi di dalam. Ia pun tak menyangka. Meski agak ragu, ia menyadari bahwa tidak ada wanita lain yang tinggal di rumah ini selain wanita yang sehari-harinya mengenakan cadar itu.

Itu mbak Nayla yah ? Wow !

Batinnya terpana.

Diam-diam tanpa sepengetahuannya, sesosok asing itu menyelinap masuk sambil mengelusi penisnya yang mulai mengeras. Dirinya menjadi deg-degan menyadari ia semakin dekat dengan wanita binal yang sedang bermasturbasi itu.

“Aaaahhhhhh… Aaahhhhhh… Aahhhh enak bangett… Terusss sodokk paakk… Aaahhhh” desah Nayla tanpa menyadarinya.

Sosok misterius itu semakin mendekat. Ketika sosok itu sudah berada di depan Nayla, sosok itu langsung melancarkan aksinya yang dulu sempat tertunda.

“Aaaahhhh teruss… Teruss pakk… Iyaahhhhh… Aakuuu mmpphhhh” Desah Nayla tertahan saat mulutnya disekap oleh seseorang. Ia terkejut. Jantungnya berdegup kencang. Matanya pun langsung membuka lebar. Ia tak menyangka ada orang asing yang tiba-tiba masuk ke dalam rumahnya.

Manggg Yoonnooo !!

Batin Nayla terkejut.

“Huahahaha… Kan, sudah saya duga… Saya sempat curiga kenapa mbak Nayla beli terong segede ini dari saya” Ucap Mang Yono tersenyum.

“Mmppphhhh… Mmmppphh” desah Nayla tertahan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia seperti ingin bilang kalau ini tidak seperti apa yang tukang sayur itu ucapkan. Namun ia tak bisa berkata apa-apa saat mulutnya ditahan oleh tangan mang Yono dari depan.

“Huahaha saya sempet nyesel dulu karena menyia-nyiakan kesempatan itu… Sekarang kesempatan itu kembali datang… Saya gak akan menyia-nyiakannya lagi… Saya akan menyetubuhimu… Saya akan menggenjotmu untuk memejuhi memekmu !” Ucap mang Yono dengan penuh nafsunya sambil menurunkan resleting celananya.

Nampak penis berwarna hitam itu sudah keluar dari dalam celananya. Pria tambun yang memiliki kumis tebal itu pun bersiap untuk menggantikan terong yang sedari tadi memuasi rahim akhwat telanjang itu.

“Tunggu maangg… Ini bukan seperti yang mamang kira… Aku… Akuuuu aaaaahhhhhh” Desah Nayla saat terong itu dicabut lalu digantikan dengan penis besar yang langsung melesat cepat ke dalam.

Jleeebbbbb !

“… Maaaannnggggggg !!!! Jerit Nayla dengan manja.

“Aaahhhh mantaappnyyaaaaa” desah mang Yono setelah menancapkan penis tak bersunatnya.

Penis itu dengan tega langsung masuk mengenai titik terdalam dari rahim Nayla. Nayla sendiri sampai kejang-kejang dibuatnya. Vaginanya yang begitu gatal tiba-tiba digaruk oleh penis hitam berhoodie yang ukurannya tidak friendly. Penisnya sungguh besar. Seperti badan dari tukang sayur itu yang gempal. Penis tukang sayur itu juga gempal dengan kulup yang menutupi ujung gundulnya.

“Hah… Hah… Hah” desah mereka berdua langsung ngos-ngosan.

“Huahahah… Hah… Hah… Puasnyaaa… Niat saya tadi yang mau ngembaliin dompet mbak yang ketinggalan eh malah dibalas dengan kenikmatan yang sangat memuaskan… Mbak lupa yah tadi pas ngeluarin uang dari dompet, mbak malah naruh dompet mbak di gerobak saya ? Atau jangan-jangan itu undangan agar saya bisa memuasi mbak ?” Tanya mang Yono ngos-ngosan.

Dompet ? Jadi dompetku tadi ketinggalan di gerobak mang Yono ?

Batin Nayla terkejut.

“Aaaahhhh… Ituu… Ituuu…” Ucap Nayla tak bisa berkata-kata karena saking lemasnya.

“Kalau gitu saya anggap itu sebuah undangan yah, mbak… Hennkgghhh” kata mang Yono yang langsung menggerakkan pinggulnya karena tak tahan lagi dengan kenikmatan yang ingin ia dapatkan.

“Uuuuhhhhhhh maangggg !!!” Desah Nayla dengan sangat manja.

Penis mang Yono langsung bergerak dengan kecepatan penuh. Wajahnya bahkan sampai belepotan peluh. Ia begitu sesumbar untuk memenuhi rahim Nayla dengan pejuh. Tampak kilatan matanya berapi-api. Ia sungguh bernafsu untuk menyetubuhi sang bidadari. Matanya merekam setiap senti lekuk tubuhnya yang begitu seksi. Ia benar-benar happy. Akhirnya impiannya terwujud untuk menyetubuhi sang bidadari.

“Aaahhhh… Aahhhh… Aaahhhh mantaappnyaaa… Mantaapp sekali jepitan memekmu mbaaakkk !!” Desah mang Yono dengan sangat puas.

“Uhhh maannggg iyyaahhh… Aahhh pelaannn… Pelaann maannggg” desah Nayla terkejut akan besarnya nafsu mang Yono.

Meski demikian, akhirnya ia dapat melampiaskan nafsunya melalui sodokan penis tukang sayur itu yang begitu bernafsu. Nayla yang sedang duduk di sofa dalam posisi mengangkang hanya bisa pasrah. Akhwat cantik yang sudah bertelanjang bulat itu hanya mampu membiarkan tukang sayur yang masih berpakaian lengkap itu menyetubuhinya dengan penuh kepuasan.

Mang Yono terus memegangi pinggulnya. Tukang sayur itu terus menggempur sambil menikmati goyangan dada Nayla yang begitu makmur.

“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhh maanngggg” desah Nayla yang mulai mendapatkan adanya tanda-tanda orgasme.

Mang Yono pun tersenyum. Ia tak menduga bisa membuat akhwat cantik yang sehari-harinya mengenakan cadar puas dengan menggunakan penis saktinya.

“Aaahhhh… Aahhhh…. Aaaahhh… Puas ? Saya juga… Gara-gara terlalu bernafsu saya jadi mau keluar pas memuasimu mbak… Huahahaha” tawa mang Yono yang juga mulai merasakan adanya tanda-tanda.

Ketika nafsu sudah memuncak. Tak ada alasan untuk menahan diri lebih lama lagi, mang Yono segera bertindak. Genjotannya yang tadi sudah kuat kini diperkuat lagi. Tangannya yang tadi mendekap pinggangnya kini naik mendekap payudaranya. Terasa kekenyalan disana. Terasa kesempurnaan yang membuat nafsu mang Yono tak tertahankan.

“Aaahhhh… Aahhhh gilaaaa… Aaahhh gak nyangka saya bisa memuasi akhwat seseksi ini… Huahahha” tawa mang Yono yang begitu bahagia.

“Aaahhhh… Aaahhh… Aaahh manggg… Mamanggg aaaahhhh” desah Nayla semakin keras hingga matanya memejam menahan genjotan tukang sayur itu yang semakin ganas.

Pinggul mang Yono terus bergerak maju mundur. Ia dengan penuh tekad terus menggempur. Tak ada alasan baginya untuk mundur. Ia tidak ingin impiannya hancur. Ia ingin terus menyodok rahimnya hingga membuat spermanya mengucur.

“Aaaaahhhhh… Aaahhhh… Aaaaahhhh” desah mereka berdua dengan sangat kencang.

Sofa yang Nayla duduki sampai bergoyang ditengah gempuran mang Yono yang semakin kencang. Ia terus mengganyang Nayla. Ia terus membuat akhwat seksi itu berteriak dengan penuh kepuasan.

“Aaaahhhh mamaanggg… Aaahhhh… Aahhhh sebentarr lagiiii !!” Jerit Nayla yang membuat mang Yono tertawa.

“Aaahhhh samaa… Samaa mbaakk… Saya jugaaa… Saya udah gak tahan lagi tuk menghamilimu mbaaakkk… Hennkgghhh !!!” Desah mang Yono dengan penuh nafsu.

Nafsu mereka sudah mendekati puncak. Terasa kelamin mereka sama-sama berdenyut cepat. Mang Yono merasakan penisnya terjepit. Nayla merasakan vaginanya menyempit. Mereka sama-sama sudah tak kuat. Mereka sama-sama mengharapkan kepuasan yang sebentar lagi akan mereka dapatkan.

“Aaahhhh… Aaahhhh… Akhirnyaaa… Akhirnyaaa mbaakk… Saya gak kuat lagiii… Sayaa gak kuatt lagiiii” jerit mang Yono ngap-ngapan.

“Aaahhh maanggg saya jugaaa… Saya jugaa maanggg… Uhhhh” desah Nayla pasrah.

“Aaahhh yahhhh… Aahhh yaahhh… Aaahhhh dikit lagiii… Dikitt lagiii… Hennkgghhh” desah mang Yono yang langsung mementokkan ujung kulupnya lalu mendongakkan wajahnya naik ke atas.

“Aaaahhhh maannggggg” jerit Nayla yang membuat vaginanya semakin berdenyut kencang. Nayla tak kuat lagi. Akhirnya gelombang cintanya pun menyembur deras meski terhalang oleh penis tak bersunat itu.

“Kelluaarrr !!!” Jerit Nayla duluan.

“Aaaahhh saya jugaaa” jerit Mang Yono menyusul tak lama kemudian.

Crroottt… Ccrrrooott… Ccrroootttt !!!

Lagi, vagina Nayla kembali diisi oleh sperma pejantan tua lagi. Ia benar-benar tak menyangka dirinya yang menjaga pola hidupnya lagi-lagi dipejuhi oleh pejantan tua lagi. Kalau ia diperkosa seperti yang pak Urip lakukan, mungkin ia tak begitu menyesal dengan alasan karena dirinya tak bisa melawan. Tapi kali ini ? Dirinya yang justru bertingkah hingga membuat mang Yono berkesempatan untuk menikmati tubuhnya.

Nayla pun hanya bisa merem melek penuh kepuasan. Tubuhnya lemas. Ia tak bisa melakukan apa-apa selain bernafas.

“Hah… Hah… Hah… Puasnya saya mbak… Huahaha… Tapi sayang, saya terburu-buru… Saya jadi kurang menikmati persetubuhan kali ini” kata mang Yono sambil tersenyum puas menatap wajah cantik Nayla.

“Hah… Hah… Hah” Nayla pun hanya bisa mendesah.

Pikirannya kalut. Ia benar-benar tak habis pikir dengan perbuatannya kali ini. Bahkan saat pak Urip & pak Beni tidak ada disekitarnya pun, dirinya masih bisa berzina dengan tukang sayur yang sudah lama ia kenal. Memang rasanya memuaskan tapi ia benar-benar kesal dengan jalan takdir yang harus diterimanya.

Aku ini apa ? Kenapa aku begitu mudah untuk berzina ?

Batin Nayla kebingungan.

Haruskah aku menyerah untuk berhijrah ? Haruskah aku berubah menjadi lonte saja ? Lagipula, ini gak ada ruginya kan ? Aku malah suka bisa bercinta dengan pria-pria hebat seperti mereka…

Batin Nayla sambil mengangkat wajahnya tuk menatap wajah mang Yono. Terlihat tatapan matanya begitu bernafsu. Ia memandang wajah tukang sayur itu dengan penuh nafsu.

Seketika muncul bayangan wajah pak Urip & pak Beni di kiri kanan wajah mang Yono. Ia jadi kepikiran. Gimana yah rasanya digempur oleh mereka bertiga sekaligus ?

“Makasih” ucap Nayla tanpa sadar.

“Sama-sama mbak… Huahaha… Ini dompet mbak… Saya cek isinya masih sama… Cuma satu lembar uang dua ribuan… Huahhaa udah kaya abis nyewa lonte seharga 2rb aja… Itupun minjem ke lontenya… Huahahha” tawa mang Yono yang lalu menarik lepas penisnya dari dalam vagina Nayla.

“Uuuhhhhhh” desah Nayla sambil menundukkan wajah tuk melihat lelehan sperma tukang sayur itu yang keluar begitu deras.

“Ini bersihkan mbak… Huahaha” tawa mang Yono sambil berdiri tegak dengan tangan yang berkecak pinggang.

“Iyaahhh mmpphhh… Mmpphhh” desah Nayla yang langsung duduk tegak untuk membersihkan sisa sperma di penis tukang sayur itu.

“Ssllrpp aahhh” desah Nayla setelah membersihkannya lalu membuka mulutnya tuk memperlihatkan sperma yang ia dapat melalui kulumannya. Nayla dengan binal tiba-tiba menelan sperma itu. Ia lalu menyandarkan tubuhnya kembali setelah dipuasi oleh tukang sayur bertubuh gempal itu.

“Huahaha gak nyangka ternyata cadar yang mbak pake itu kedok aja yah… Rupanya mbak ini kerdus… Bispak lagi… Huahahah… Oh yah ini alamat rumah saya… Kalau mbak masih penasaran dengan saya, mbak bisa kunjungi rumah saya kapan-kapan… Saya kosong sewaktu sore sampe malem… Jujur, saya masih penasaran juga meski sudah dua kali menodai tubuhmu” kata mang Yono teringat dulu dan sekarang. Ia lalu memberikan secarik kertas bertuliskan alamat rumahnya.

Nayla dengan senang hati menerimanya. Ia pun heran pada dirinya sendiri. Ia tidak marah atau tersinggung ketika dirinya dituduh kerdus dan bispak. Ia juga biasa saja saat dikata cadar yang digunakan hanya kedok untuk menutupi nafsu liarnya. Ia jadi bertanya-tanya. Apa jangan-jangan semua yang diucapkan mang Yono benar yah ?

“Hah… Hah… Hah” Nayla yang kelelahan hanya terengah-engah saat melihat mang Yono tersenyum lalu pamit meninggalkan dirinya.

“Apa keputusanmu Nay ?” Lirihnya.

“Sejujurnya sih aku masih penasaran… Apalagi aku memang butuh kepuasan setelah mas Miftah gak mampu memuasi diriku… Hmmmm, haruskah aku ke rumahnya ?” Lirihnya sambil menaruh kertas itu di meja ruang tamunya.

Seketika ia mendengar notif dari hapenya berbunyi. Saat ia melihatnya, rupanya ia mendapat balasan pesan dari pak Beni.

“Ada apa mbak ? Maaf tadi saya lagi bekerja, gak sempet ngangkat panggilan videonya” balas pak Beni berbohong.

“Gak ada, oh yah… Kapan-kapan aku mau bertemu… Ada yang mau aku omongin ke bapak” balas Nayla yang masih telanjang bulat di ruang tamunya.

“Apa itu ?” Balas pak Beni penasaran.

“Nanti aja… Pas kita ketemu, baru aku obrolin langsung apa yang ingin aku omongin ke bapak”

“Siap mbak” balas pak Beni yang tak dibalas lagi oleh Nayla.

Nayla masih terengah-engah. Dadanya naik turun setelah dipuaskan oleh tukang sayur langganannya. Tiba-tiba ia tersenyum. Sepertinya ia sudah memutuskan jalan hidupnya. Tangan kirinya tiba-tiba meremasi dadanya sedangkan tangan kanannya menekan-nekan biji klitorisnya. Di otaknya hanya ada penis dan penis saja. Ia telah menyerah. Ia telah menghamba pada kepuasan nafsu. Ia pun ingin disetubuhi lagi oleh pejantan-pejantan tua yang telah berhasil memuaskannya.

“Bapaakkk… Aaahhhh… Aaaahhhh” desah Nayla yang semakin tersesat.

*-*-*-*

Sementara itu di kamar kosan Putri

Mbak Nayla ngapain yah tadi ngajak VC ?

Batin pak Beni penasaran.

Ia jadi kepikiran, apa jangan-jangan mbak Nayla hendak mengajaknya melakukan VCS lagi ? Kalau benar demikian, ia bakalan menyesali perbuatannya karena lebih memilih Putri ketimbang Nayla itu sendiri.

Apa iya begitu ?

Batin pak Beni yang sedang berbaring di ranjang lalu menoleh ke samping untuk menatap wajah mahasiswi cantik yang sudah tertidur lelap.

“Paaakkkk” desah Putri saat tidur miring sambil memeluk dada bidang pak Beni.

“Iyya mbaakkk” jawab Pak Beni sambil mengelusi punggung tangan Putri.

“Ronde ketiganya nanti dulu yah… Aku capek… Aku mau istirahat dulu, nanti kita lanjut lagi… Hihihihi” ucap Putri yang sudah dibutakan oleh perasaan cintanya sendiri.

“Iyyaahhh… Mbak istirahat aja dulu yah” ucap pak Beni tersenyum yang membuat Putri pun ikut tersenyum sambil memejamkan matanya.

Saat Putri beristirahat. Pak Beni pun jadi kepikiran. Entah kenapa ada sedikit rasa penyesalan atas perbuatan yang baru saja dilakukannya.

Hmmm rasanya kok kayak abis selingkuh dengan mbak Putri yah ? Agak gimana gitu, rasanya kayak baru mengkhianati nafsu mbak Nayla ke saya…

Batin pak Beni sambil terus menatap wajah Putri.

Jujur, mbak Nayla jauh lebih cantik… Lekukannya juga jauh lebih menarik… Tapi untuk urusan jepit-menjepit, memek mbak Putri jauh lebih sempit… Mungkin karena mbak Putri jarang disodok kali yah, sedangkan mbak Nayla kan udah sering digenjot suaminya, makanya gak terlalu sempit lagi… Tapi gitu-gitu jepitannya mbak Nayla masih terasa nikmat kok… Eh, apa jangan-jangan gara-gara pak Urip ? Memek mbak Nayla jadi gak terlalu rapet lagi ?

Batin pak Beni kesal sendiri.

Aahhhh sial… Jadi bingung pilih yang mana… Rapetnya memek mbak Putri ? Atau indahnya body mbak Nayla ?

Batin pak Beni bingung sendiri.

*-*-*-*

Sementara itu, di sebuah klinik herbal yang sudah sering ia kunjungi belakangan ini. Pak Urip memasuki ruang praktek sambil tersenyum menatap dokter tampan itu.

“Selamat siang dok… Ini saya, hakhakhak” tawa pak Urip sambil menyalami dokter tampan itu.

“Eh bapak… Silahkan duduk… Kenapa lagi nih pak ? Kurang manjur yah obat kemarin ?” Tanya dokter tampan itu.

“Hakhakhak… Bukan begitu, saya cuma ingin bertanya, apa benar ada seorang wanita yang mengenakan cadar pernah datang ke klinik ini ?” Tanya pak Urip tersenyum.

“Ohh saya masih ingat… Iya ada… Cuma ada satu yang pernah datang kesini” ucap dokter itu setelah mengingat-ngingat.

“Hakhakhak sudah saya duga… Non Nayla beli obat itu dari sini rupanya” kata pak Urip tertawa.

“Ah iya, betul… Namanya Nayla… Saya masih ingat” kata dokter tampan itu.

“Eh kok bapak nanyain dia ? Bapak kenal ?” Lanjut dokter itu bertanya.

“Itu majikan saya dok… Dia wanita yang saya targetkan dengan obat perangsang yang saya beli disini” ucap pak Urip tersenyum.

“Oalah pantesan… Dia waktu itu ngeluh kalau dia itu kena efek dari obat perangsang tapi dalam jangka waktu yang lama… Itu aneh menurut saya… Yang saya tahu sebagai ahli medis, obat perangsang ya hanya akan efektif sampai orang itu mendapatkan orgasmenya… Atau paling tidak, maksimalnya ya 4-5 jam… Gak mungkin sampai berhari-hari begitu” kata dokter itu yang membuat pak Urip tertawa.

“Hakhakhak… Sepertinya non Nayla tertipu omongan saya… Eh lebih tepatnya terbodohi sih… Saya waktu itu bilang ke dia kalau setelah itu dia akan terkena efeknya selama berhari-hari… Sepertinya dia percaya dan malah datang kesini… Terus, apa yang dokter kasih ke dia ?” Tanya pak Urip.

“Ya saya beri dia tambahan obat perangsang saja… Lagian keluhannya waktu itu aneh sih… Lagipula pas saya cek, dia itu ternyata punya nafsu yang besar… Jadi mungkin aja keluhannya waktu itu bukan karena efek dari obat perangsangnya saja… Tapi juga efek dari nafsunya yang amat besar… Saya yakin, seyakin-yakinnya kalau dia sendiri bisa melayani 3-4 orang sekaligus dalam satu waktu” ucap dokter itu dengan begitu yakin.

“Oalah, 3 sampai 4 orang yah ? Boleh dicoba nih” kata pak Urip tersenyum lebar.

“Heem, jadi mau beli obat lagi nih ?” Tanya dokter itu kepada pak Urip.

“Hmm ya satu boleh lah… Buat jaga-jaga… Hakhakhak” tawa pak Urip.

“Oh buat dia lagi ? Apa gak mubazir ? Saya yakin kalau bapak sudah sering menyetubuhinya, pasti psikisnya akan mengubahnya secara perlahan… Dia pasti tidak akan nolak bahkan secara sukarela akan melayani bapak karena sisi liarnya yang selama ini terpendam akan bangkit menguasai dirinya” kata dokter itu saat menjelaskan sambil mengambil obat yang diminta pak Urip.

“Hakhakhak saya tahu itu… Saya ingin mencobanya pada akhwat lain… Sepertinya saya menemukan korban baru yang menarik” kata pak Urip.

“Woww… Apa dia tampan ?” Tanya dokter itu.

“Eh, hakhakhak… Dia akhwat dok… Akhwat” kata pak Urip.

“Wah sayang sekali… Coba dia tampan… Atau minimal yang berpengalaman seperti bapak lah” kata dokter itu sesaat setelah menghampiri pak Urip lalu membelai dadanya dari luar kaus yang dikenakannya.

Sontak pak Urip langsung panas dingin. Diperlakukan seperti ini ? Oleh seorang lelaki ?

“Hehe sayangnya dia akhwat dok” kata pak Urip lalu menenggak ludahnya.

“Padahal laki-laki jauh lebih menarik loh” kata dokter itu sambil berdiri lalu agak memiringkan sedikit pinggulnya.

Dihhh jadi cowok kok gemulai !

Batin pak Urip misuh sendiri saat melihat dokter tampan itu.

“Semuanya 120 ribu pak… Tapi kalau untuk bapak boleh gratis tapi ada syaratnya” kata dokter itu kembali menghampiri yang membuat pak Urip panas dingin lagi.

“Ah gak usah… Saya punya uangnya kok… Ini… Terima kasih yah… Saya pergi dulu” kata pak Urip buru-buru pergi sebelum bulu kuduknya semakin berdiri.

“Huft sayang sekali… Padahal saya penasaran banget sama pengalamannya” Ucap dokter itu kembali duduk di meja kerjanya. Ia kembali memainkan hapenya untuk melanjutkan kegiatannya yang tadi sempat tertunda dengan melihati foto cowok-cowok kekar yang hanya mengenakan celana dalamnya saja.

Sementara itu,

Setelah sampai di tempat parkir. Ia pun menatap nama klinik serta foto dokter tadi yang terpasang di depan klinik.

“Ganteng-ganteng kok homo… Dih gak malu sama saya ? Gini-gini aja saya bisa dapetin non Nayla juga mbak Putri loh… Lah pak dokter kok malah ?” Ujarnya sambil merinding.

“Dokter Amir… Dokter Amir… Semoga bapak segera dapet hidayah yah… Hakhakhak” tawa pak Urip sambil mengenakan helmnya lalu berangkat pulang menuju rumahnya.

Kalau apa yang dikatakan dokter homo itu benar, non Nayla pastinya sudah binal… Sepertinya yang menghalanginya cuma satu… Yakni harga dirinya atau mungkin juga image alim yang sudah terlanjur melekat di dirinya… Saya harus menghilangkan semua itu… Saya harus bisa membuatnya binal, agar tubuh seksinya bisa dipakai siapa saja… Hakhakhak…

Batin pak Urip senyum-senyum sendiri.

Terus obat yang baru kubeli ini ? Kepada siapa yah obat ini kan kuberikan ? Haruskah ke non Nayla lagi biar kebinalannya semakin menjadi ? Atau, haruskah kulebarkan sayapku untuk membinalkan mbak Putri ?

Batin pak Urip tersenyum.

Seketika, Pria tua berperut tambun itu langsung membayangkan Putri & Nayla tengah menari-nari dihadapannya sedangkan ia duduk menikmati tarian mereka berdua yang begitu erotis. Tidak ada satupun pakaian yang melekat pada tubuh mereka berdua. Hanya cadar dan hijabnya saja. Membayangkan hal itu pun membuat ia tertawa. Ia tak sabar untuk menikmati hasil dari usahanya selama ini.

“Tungguuu saja hingga waktunya tiba… Saya pasti akan menguasai tubuh kalian berdua… Hakhakhak”

Bersambung

cewek lagi masturbasi
Menikmati masturbasi di kamar mandi waktu di rumah gak ada orang
tunagan teman
Bercinta dengan tunangan teman sendiri
suster hot
Ceritaku waktu di mandiin suster cantik waktu di rawat di RS
tante hot
Cerita sex aku dan tanteku yang sexy
cewek cina bugil
Antara Perih Dan Nikmat
Kenikmatan yang di berikan tante novi
Pembantu Tetangga Minta Di Ajarin ML Bagian Kedua
mami Mertua sexy
Mami Mertua Tergila-gila Dengan Kontol Ku
Mbak Yuni terima kasih atas semuanya
anak nakal
Cerita Anak Nakal Ngentot Mama Dan Adik Kandung Sendiri
janda bohay
Berpacaran dengan janda montok yang sudah punya tiga anak
Tante sange
Memuaskan tante Vera di atas ranjang
ngentot teman
Kenikmatan ketika aku sedang DIJARAH dua teman lelakiku bagian 2
sedarah
Bercinta Dengan Tante Dan Ibu Kandungku
Ceria Dewasa Enak-Enak Dengan Istri Teman
Pembantu binal
Mbak Yeyen Pembantu Binal Yang Suka Maksa